Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Mereka Melakukan Aksi karena Cinta Jakarta

Diperbarui: 20 Februari 2020   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

      Kutipan: Isu, dari isue, sebetulnya merupakan

(i) kabar atau berita yang tidak jelas asal usulnya; tidak diketahui sumbernya; serta tidak dijamin kebenarannya,

(ii) sesuatu (berupa orasi, narasi, wacana, opini) yang sengaja 'dilemparkan atau dipublikasikan' ke area publik agar memunculkan tanggapan, penerimaan, atau pun penolakan,

(iii) kesamaan keduanya (i dan ii) adalah sama-sama tak ada fakta, data, dan bukti (yang jelas dan kongkrit);

(iv) atau fakta, data, dan bukti tersebut ada tapi sengaja disembunyikan; sehingga ketika isu dilemparkan ke publik (ii), dan terjadi penerimaan, maka 'sesuatu' itu dilaksanakan,

(v) tetapi, jika terjadi penolakan, maka 'sesuatu' tersebut batal atau urung dilanjutkan.

Sumber: Kompasiana

Cikini, Jakarta Pusat | Sepertinya tak habis topik untuk bahas Jakarta dan Gubernurnya; Jakarta (dan juga Gubernurnya) selalu menjadi bahasan serta topik menarik (positif dan negatif), bahkan diiringi dengan isu-isu yang mendapat perhatian publik. Misalnya, banjir dan 'Jakarta Water Park,' perluasan trotoar sekaligus penyempitan jalan raya, penataan Tanah Abang, sampah, pergantian pohon di area Monas (dari Mahoni ke pohon dari toko online), dan juga (yang terbaru, kemarin) kelompok warga yang berdemo menuntut Gubernur segera lengser.

Agaknya, kini atau nantinya, setiap hari akan terjadi demo atau aksi di Jakarta, seperti periode yang lalu; setiap keibijakan dan isu-isu (kecil, sederhana, dan besar) akan menjadi atau pun memicu gerakan massa. Bahkan, ada kecenderungan tidak hanya penduduk Jakarta yang meramaikan arena, tetapi juga dari Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok serta seluruh Indonesia. Ini bisa terjadi karena kecintaan mereka (publik, masyarakat, seluruh rakyat Indonesia) terhadap Jakarta; Jakarta yang masih menadi Ibukota Republik Indonesia.

Dari sejumlah hasil percakapan dengan massa yang melakukan aksi (kemarin di depan Balai Kotra), Para Pecinta Jakarta, termasuk saya, umumnya tidak mau Ibukota RI menjadi amburadul, tak terurus, dan kembali menjadi 'Metropolitan Kumuh.' Juga, berdasarkan fakta-fakta di lapangan, mereka melihat bahwa ada banyak ketidakberesan yang harus diperbaiki Gubernur dan jajarannya, tapi itu tidak dilakukan.

Padahal, dari janji-janji kampanye serta pidato politik Gubernur Jakarta, ia memberi harapan baru, perbaikan, dan penataan yang lebih baik. Faktanya, setelah dua tahun memerintah, tak satu pun janji-janji tersebut menjadi nyata atau terbukti.

Dengan demikian, akhir-akhir ini, jika melihat eskalasi gerakan rakyat Jakarta demi Jakarta, maka seharusnya, Gubernur dan jajarannya, lebih mengkedapankan (i) hal-hal yang seharusnya mereka lakukan, bukan melulu urus sesuatu yang tak bermanfaat untuk rakyat; (ii) transparansi anggaran, tender, kontraktor, dan lain-lain; (iii) pengendalian banjir, pembuangan sampah, pengaturan jalan raya, trotora, lalu lintas agar bebas macet; (iv) re-disiplin ASN; (v) melakukan hal-hal yang belum dilakukan (sesuai janji kampanya); (vi) serta masih banyak hal yang lain, seperti Program 100 hari, yang tak pernah dikerjakan

Masih Adakah Harapan? Jika mengikuti kinerja Gubernur DKI Jakarta (yang sekarang) dan jajarannya, maka masih adakah harapan bahwa Jakarta berubah menjadi lebih baik atau seperti Metropolitan yang sesungguhnya? Agaknya, banyak orang sudah pesimis; waktu tiga tahun yang tersisa untuk Gubernur DKI Jakarta (yang sekarang), bisa memperbaiki kinerjanya.

Itu juga berarti bahwa harapan publik ke/pada Gubernur agar bekerja sebaik mungkin, tunjukan kualitas, tampilkan perubahan-perubahan fisik Jakarta, tidak (akan) muncul. Sekaligus, ketika terjadi pergantian Gubernur, DKI Jakarta masih tetap seperti tidak ada Gubernurnya. Bha, bha, bha, bha .....

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline