Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Jangan Bandingkan Evakuasi WNI dari Wuhan dan Pemulangan Kombatan ISIS

Diperbarui: 2 Maret 2020   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kompas TV

Penfui, Kupang - Nusa Ternggara Timur | Ketika virus corona 'mulai mendunia,' bersamaan dengan itu, sebagian besar di antara kita, anda dan saya, bertambah pengetahuan geografi China. Paling tidak, menjadi tahu tentang kota Wuhan, Provinsi Hubei, dan sejumlah kota besar lain, yang namanya baru muncul belakangan. Di samping itu, karena virus corona, maka terjadi evakuasi WNI dari Wuhan ke Indonesia (kemudian dikarantina pada fasilitas kesehatan militer di Natuna).

Gegara adanya evakuasi WNI dari China itulah, tiba-tibah, entah siapa yang memulai, sejumlah orang (termasuk politisi dan pegiat kemanusian, serta ormas) 'menghubungkan' dengan sekitar 600 orang kombatan ISIS asal Indonesia, yangan bernyanyi merdu 'Aku Ingin Pulang (pinjam judul lagunya Ediet G. Ade)' dari Timur Tengah. Banyak orang pun menyambutnya sebagai 'tidak boleh atau dilarang pulang;' sementara itu, tidak sedikit yang mendukung pemulangan atau harus dipulangkan karena alasan kemanusiaan.

Jadinya, muncul semacam perbandingan; jika WNI di China bisa dipulangkan, maka boleh lah mantan kombatan ISIS bisa kembali ke Tanah Air. Medsos pun ikut ramai; ramai antara menolak dan menerima mereka kembali.

Mereka yang 'menerima kembali atau membolehkan pulang,' beralasan bahwa para kombatan tersebut adalah korban; korban penipuan dan janji palsu ISIS. Toh, mereka adalah sesama saudara; saudara sebangsa dan setanah air.

Sementara itu, mereka yang 'menolak para kombatan ISIS kembali ke NKRI, beralasan bahwa 'rakyat ISIS' tersebut dengan sengaja, penuh kesadaran, tanpa paksaan meninggalkan Tanah Air; bahkan ada yang telah membakar Paspor, mereka bukan lagi WNI.

Silang pendapat pun terjadi; pada satu sisi, publik pun membully  Menteri Agama, karena dituding sebagai 'ada di balik rencana pemulangan kombantan ISIS tersebut; sementara di sisi lain, publik mengikuti pernyataan para politisi lainnya, yang tetap menolak kombatan ISIS karena sangat berbahaya. Mereka, jika belum benar-benar bersih dari idiologi ISIS, maka akan menjadi 'bibit-bibit ISIS' di Tanah Air, dan itu sangat membayakan hidup dan kehidupan berbangsa serta bernegara.

Hari ini, Medsos terlihat sepi, karena Menteri Agama telah 'meluruskan' maksud ucapannya yang sebenarnya. Namun, di Medsos puan masih ramai dengan 'menolak kombatan ISIS,' tidak menerima karantina WNI di Natuna, serta ada juga suara bahwa 'tidak boleh ada larangan terhadap WNI yang mau kembali ke Tanah Air.

Dari semuanya itu, agaknya para pendukung kombatan ISIS kembali ke Tanah Air pintar menggunakan kesempatan, walau tak pas; mereka gunakan momen, jika WNI di Wuhan bilsa dipulangkan; mengapa WNI kombatan ISI tak dijemput atau mendapat perlakuan yang sama.

Tentu saja, alasan seperti itu masuk akal; tapi sebetulnya sesuatu dan tidak masuk akal. Sebab, para kompatan ISIS tersebut (i) meninggalkan RI atas kehendak atau keinginan sendiri, tanpa paksaan oleh siapa pun, (ii) mereka dengan sengaja membakar Paspor RI atau melepaskan diri sebagai WNI, (iii) mereka telah bergabung sebagai pejuang serta melekatkan diri pada ISIS, (iv) sebagian besar dari antara mereka menebarkan benci dan kebencian terhadap NKRI, dan (v) alasan-alasan keagamaan lainnya. Jika seperti itu, masih layak kah kembali ke Tanah Air?

Beda serta berbeda dengan WNI yang ada di Wuhan; mereka ada di sana karena berbagai alasan, antara lain (i) pendidikan, (ii) bekerja, (iii) kunjung keluarga. Serta, tidak ada yang melepaskan diri sebagai WNI.

So, tak perlu membandingkan atau perhadapkan antara para Kombatan ISIS dan WNI di Wuhan, sebab sangat tidak sebanding dan tak pada tempatnya. Itu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline