Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

GJI, Menjaga Keutuhan Nusantara

Diperbarui: 22 Desember 2018   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Pernyataan Pers Gerakan Jaga Indonesia

Melihat bahwa kegiatan Reuni 212 pada hari Minggu, Tanggal 2 Desember 2018, telah mempertontankan lemahnya rasa kebanggaan serta patriotisme, ditandai dengan bendera HTI (Ar-rayyah) atau panji perang yang menenggelamkan Bendera Merah Putih Bendera Negara Republik Indonesia. 

Terdapat juga tulisan "NKRI NO, REFRENDUM YES," dimana-mana, slogan-slogan yang mengarah kepada paham Khilafah Islamiyah dengan tujuan mengganti dasar negara Republik Indonesia. Terang benderang, dibalik kegiatan tersebut ada indikasi sangat jelas dan kuat bermaksud mengkhianati kesepakatan kebangsaan Republik Indonesia sebagaimana awal nagara ini dibentuk dan diupayakan lewat keringat, darah dan air mata para pahlawan bangsa.

Sumber: Klik

Dokumentasi Pribadi

Kemarin, Jumat 21 Desember 2018, seribuan orang dari berbagai kalangan menyatu di Taman Aspirasi Monas dalam frame Gerakan Jaga Indonesia; suatu gerakan moral dan Narasi Kebangsaan yang mengajak seluruh rakyat Indonesia serentak mengibarkan Bendera Indonesia, Sang Saka Merah Putih di rumah masing-masing.

Hal itu, sebagai salah satu kegiatan untuk membuktikan bahwa masih banyak rakyat yang cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga Merah Putih masih ada dan tegak berkibar bersama jiwa dan raga Rakyat Indonesia.

Kegiatan yang diwarnai dengan pelepasan bendera Merah Putih ke Langit Jakarta dan menggelar Bendera Merah Putih raksasa tersebut, juga bisa disebut sebagai bagian dari 'gerakan perlawawan' terhadap apa yang telah dilakukan kelompok lain sebelumnya. Kelompok tersebut, pada awal Desember yang lalu, dengan dukungan sejumlah tokoh politik dan ormas, telah dengan sengaja memperlihatkan ajakan perang dengan pekikan yang menyakitkan yang mengarah kepada ketiadaan NKRI.

Agaknya, adanya kelompok-kelompok dan orang-orang dengan 'jualan Anti NKRI' yang selama ini merasa aman, tak terkendali, dan sudah mewabah, telah membuat publik Nusantara 'tidak bisa cuma berdiam diri,' dan pasrah serta 'serahkanlah ke/pada Aparat Keamanan. 

Karena, sikap selama ini, pasrah, berdiam diri, dan pembiaran tersebut, telah mengakibatkan membesarnya sejumlah organisasi (radikal) dan anti Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sehingga jika tidak ada 'cepat tangkal' dari segala lapisan masyarakat atau rakyat RI, maka bisa terjadi hal-hal yang di luar dugaan; misalnya pembrontakan bersenjata dan kerusuhan sosial, bahkan perang saudara. Itu hal buruk dan terburuk; namun bisa saja terjadi.

Oleh sebab itu, ada semacam panggilan hati nurani pada diri berbagai elemen bangsa, misalnya mereka yang tergabung dalam Gerakan Jaga Indonesia, agar bersama-sama seluruh lapisan masyarakat untuk menenggelamkan semua unsur yang inging menenggelamkan NKRI. Sebab, menjaga keutuhan NKRI bukan melulu fungsi dan tugas Tentara Nasional Indonesia, namun setiap atau pun seluruh rakyat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline