Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Rumah Cuklik Bogor, Tempat Belajar, Piknik, Ibadah, dan Berpolitik

Diperbarui: 20 Desember 2018   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Tentang Kerajinan Cuklik

Anda pasti sudah pernah mendengar, dan paham benar tentang 'cungkil;' namun, sudah pernah tahu kata 'cukli' atau 'cuklik?' Ya, benar. Seperti dalam pikiranmu saat ini, cukli atau cuklik (selanjutnya saya gunakan kata cuklik), merupakan proses pembuatan (kata kerja) sekaligus hasil kerja (kata benda) yaitu (kulit) kerang yang dibentuk, diukir (atau dicuklik) menjadi hiasan atau perhiasan.

Aslinya, cuklik atau kerajinan tangan membuat cuklik merupakan hasil karya, warga Desa Sesela, Gunung Sari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, namun kini hampir merata. Dalam artian banyak komunitas atau pun penduduk di pulau Lombok, membuat cuklik, karena memiliki nilai ekonomi yang memadai.

Belakangan, bahan baku cuklik, tidak terbatas pada kulit keong atau kerang besar, melainkan juga batu cadas, marmar, kayu, bahkan kulit (pembungkus) mutiara, dan lain sebagainya, yang bisa dibentuk atau dipahat oleh pengrajin. Hasilnya, atau cuklik tersebut tidak lagi terbatas sebagai anting-anting, kalung, dan gelang; melainkan dibentuk sebagai kaki meja, bagian-bagian kursi, tempat tidur, lemari, asbak, tempat tisue, bahkan pintu rumah, dan lain sebagainya.

Ternyata, cuklik juga memiliki nilai filosofi yang tinggi; seorang teman dari/dan di Mataram, melalui percakapan virtual, menyatakan bahwa,

"Cuklik bukan melulu karena keindahan yang dibuat oleh tangan manusia, namun lebih dari itu. Pada proses membuat cuklit, seseorang memilih atau mengambil benda-benda yang sudah tidak terpakai atau terbuang, misalnya kerang, kayu bekas, batu cadas, kulit keong, kemudian mengcungkil atau menculik, sehingga menjadi indah.

Itu juga bermakna bahwa, seseorang bisa membuat orang lain terlupakan, tiada berdaya, tak berderajat, membentuknya jadi bermakna, orang yang berguna, serta berderajat, atau menjadi sukses."

Jadi, di balik keindahan cuklik, serta nilai ekonminya, ada proses pembentukan jati diri dan eksistensi seseorang. Ia dibangun, dibentuk, serta diproses dari 'bukan siapa-siapa, menjadi siapa-siapa.' Dengan itu, cuklik sekaligus merupakan proses menjadikan sesuatu menjadi indah dan sedap dipandang.

Dokumentasi Pribadi

Rumah Cuklik Ciburayut, Cijeruk Kabupaten Bogor

Cuklik adalah hasil seni dan kerajinan tangan di Lombok, NTB, namun ada juga Rumah Cuklik di Jabar, tepatnya Ciburayut, Cijeruk Kab. Bogor. Bagaimana bisa ada di sana? Penasaran, mari ikuti hasil 'mengembara' di Rumah Cuklik, bukan di Lombok NTB, namu di Bogor.

Pemiliknya adalah Agun Gunandjar Sudarsa, politisi Golkar, yang juga Ketua Fraksi Golkar di MPR RI. Ketika memasuki gerbang rumah, saat itu Agun sementara 'ngumpul bareng' sejumlah tamu di area terbuka, ia langsung berseru, "Selamat Datang Opa Jappy di Rumah Cuklik."  Suatu sambutan yang antusias, hangat, serta penuh persahabatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline