Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Pembagian Takjil sebagai Salah Satu Gaya Hidup Ramadhan

Diperbarui: 15 Mei 2020   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi | Relawan Cinta Indonesia Membagi Ta'jil Gratis

Tentang Takjil

Takjil, ta'jil (Arab, 'ajila) berarti menyegarkan dan mempercepat; atau sesuatu yang bisa menyegarkan. Pada mulanya, kata tersebut dipergunakan dalam konteks seseorang yang (setelah) bekerja keras (misalnya petani, gembala, pekerja) atau pun berjalan jauh (misalnya rombongan kafilah atau pedagang) dan tidak (sempat berhenti untuk makan), pada waktu ia (rombongan) singgah di Oase, maka mereka melakukan 'ajila atau ta'jil.

Para petani, gembala, atau pun pekerja yang bekerja dari pagi hingga siang atau soreh, beristirahat, dan makan serta minum. Makanan dan minuman tersebut untuk menyegarkan tubuh, sehingga bisa mencerpat pekerjaan atau tugas mereka.

Khususnya para pedagang atau pun kafilah, ketika mereka tiba di Oase, maka barang  dagangan di atas punuk onta diturunkan, kemudian diberi minum. Semetara itu, orang-orangnya menyegarkan diri dengan mandi atau pun membasahi tubuh mulai dari kaki hingga kepala, kemudian mereka makan dan minum. 

Setelah semuanya sudah segar (dan juga kenyang) maka mereka pun melanjutkan perjalanan, dengan harapan akan lebih cepata sampai di tujuan karena sudah ta'jil atau segarkan diri, makan, dan minum.

Pada perkembangan kemudian, ta'jil, ajila, entah sejak kapan, khususnya di Indonesia, hanya dihubungkan dengan Ibadah Puasa atau makanan untuk berbuka puasa atau setelah menjalani puasa (dan doa) dari Subuh hingga Magrib. Penggunaan ini, sebetulnya tidak salah. Sebab, jika Puasa, juga diyakini sebagai 'perjuangan dan perjalanan spritual' yang penuh godaan, maka terjadi suatu pergulatan rohani yang bisa atau sangat melelahkan.

Pada 'perjuangan dan perjalanan spiritual' yang melelahkan tersebut, seseorang atau kita bisa saja jatuh atau tergoda, Puasa bisa batal. 

Namun, ketika seseorang atau kita, bisa mencapai menit-menit terakhir Ibadah Puasa (hari itu), ketahanan tubuhnya menurun, sehingga membutuhkan ta'jil. Di sini, ta'jil berfungsi sebagai 'makanan awal' sebelum makan yang lainnya.

Karena sebagai 'makanan awal,' maka ta'jil sering berupa minuman (dingin, hangat, dan panas), atau makan dengan kadar air yang banyak; di samping itu bisa berupa aneka gorengan (yang minim minyak), makanan berserat (terutama buah-buhan) atau pun bubur kacang hijau dan aneka juice.

Menjual dan Berjualan Takjil

Jika pada masa lalu, sesuai masa dan waktunya, ta'jil selalu dipersiapak (di rumah) dan  di bawa, sebagai bekal, selama perjalanan; pada kini, sudah berbeda. Entah sejak kapan mulai dilakukan, ta'jil sudah diperjual belikan, sehingga mereka yang (sementara) dalam perjalanan (misalnya dari Kantor ke rumah), bisa membeli ta'jil (membawa pulang ke rumah atau berbuka puasa di tempat berjualan ta'jil).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline