Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

MCA Bukan Gerakkan Keagamaan

Diperbarui: 2 Maret 2018   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Shutterstock

Agama. Benda model apakah itu? Sederhananya, agama hanyalah cara dan ciri manusia beribadah kepada Yang Disembah. Tak lebih dari itu. Agama ada, dihadirkan, tercipta, diciptakan, agar manusia (yang beragama itu) memiliki ciri-ciri khas ketika mereka beribadah atau melakukan penyembahan. Ciri-ciri itu, melekan dengan cara-cara manusia menyembah, kemudian diikuti dengan perilaku yang baik dan benar sesuai ajaran agama. Perilaku tersebut, juga mencerminkan ciri khas dan cara (ajaran dan yang diajarkan) agama dan keagamaan.  Karena itu, agama ada (dan 'diadakan')  agar atau dalam rangka adanya keteraturan ketika melakukan ritual atau pun penyembahan; termasuk sejumlah kata dah kalimat yang disebut 'ajaran agama.' Ajaran-ajaran tersebut kemudian diberi label suci dan mengatur para pencipta agama

Agama (manusianya atau umat beragama) bersifat atau memiliki sifat 'pergerakkan;' dalam artian, mereka berupaya agar orang lain (terutama yang tidak dan belum beragama) menjadi bagian dari agama. Hal itu, dilakukan dengan berbagai cara yang santun, damai, perdamaian, bermartabat, serta membawa pencerahan kepada orang yang lain. Sekaligus, sebisa mungkin, pada manusia yang beragama tersebut ada atau terjadi perubahan sosial, tingkah laku, nilai, iman,  dan sebagainya.

Muslim Cyber Army.

Muslim Cyber Army, selanjutnya MCA, bisa disebut sebagai suatu bentuk (dan bentukan) baru berupa 'gerak dan gerakkan dumay atau dunia maya,' yang berlabel agama (Islam). Karena apa yang dilakukan oleh MCA berbeda dengan giat dan gerakan agama dan keagamaan, misalnya dakwah, tablig akhbar, misi, ibadah, kebaktian, atau pun kegiatan sosial lainya.

Walaupun menyebut diri dan berlabel Muslim, namun MCA tidak merupakan organisasi agama Islam (mana pun di Nusantara). Mungkin, mereka hanyalah bagian (bagian kecil) dari kelompok yang melawan kemapanan atau pun anti institusi lainnya di RI. Apa dan siapa pun itu kelompok yang memayungi MCA, jika ada, telah menjadikan MCA sebagai 'gerakan' yang menyebar benci, kebencian, hoaks; tujuan mereka adalah memunculkan benci, kebencian, permusuhan, dan juga mencapai kerusuhan sosial. Dengan demikian, isu atau konten-konten hoaks yang MCA sebarkan berisi hal-hal kecil yang dibesar-besarkan dan diputarbalikan, hal-hal yang tak pernah ada, dan menyerang tokoh dan lembaga yang tak disukai atau (bisa) dijadikan musuh.

Preman dan Teroris Dunia Maya

Sebetulnya pola, gaya, dan cara kerja MCA bukan sesuatu yang baru atau muncul belakangan, sejak lama sudah ada sebagai Cyberbully atau siberbuli. Pada tahun 2013, saya menyebut Cyberbully atau siberbuli sebagai 'preman dunia maya,' karena kelakuan mereka nyaris sama dengan 'Preman di Dunia Nyata.' Mereka muncul pada Pilkada DKI Jakarta 2012, dan semakin menjadi-jadi pada waktu Pemilu dan Pilpres 2014.

Pada tahun 2017, ketika 'Preman Dumay' semakin tak terbendung gerakannya, saya sebut mereka sebagai'Teroris Dunia Maya,' karena narasi, meme, posting yang mereka lakukan memunculkan benci dan kebencian yang sangat akut, bisa memicu kerusuhan sosial, timbulnya ketakutan, dan juga persekusi serta tindak kekerasan psikologis.

Dengan demikian, dari cara kerja mereka, maka MCA bukan bagian dari gerakkan keagamaan, namun mereka tak lebih, apa yang saya sebut sebagai, Teroris Dunia Maya.

Langkah Polri Sudah Tepat

Namun, di balik itu, MCA sebagai Preman Dumai atau pun Teroris Dumai, bisa jadi, mereka adalah bagian dari politisi dan parpol yang secara tidak sadar telah merusak agama; memang ada indikasi ke arah itu. Sebab, satu dua hari lalu, ada politisi yang 'protes' bahwa penangkapan orang-orang MCA sebagai pembungkaman terhadap demokrasi. Aneh juga; apakah ciri-ciri berdemokrasi yang bermartabat itu, termasuk melakukan dan menyebarkan hoaks, benci, kebencian, permusuhan, dan rasis? Sungguh suatu lelucon yang tak lucu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline