Kemarin Soreh di Stasiun Manggarai--Sudah merupakan kebiasaan, saya, jika di depan Sta KA Manggarai, maka harus menikmati 'Starling' Kopi Liong. Kopi dengan aroma khas, produk Baba Liong Bogor. Kemarin, saya menikmatinya, sebelum menuju Sta Universitas Indonesia.
Kemarin, ketika sementara menikmati hangat dan aroma Kopi Liong, pandangan saya tertuju ke depan. Menarik.
Menarik, lihat foto di atas, seorang laki-laki tampang tanpan Arab, dengan kotak ditenpel foto-foto; terlihat, banyak orang memasukan uang melalui lubang di atas kotak.
Saya pun mendekat, memperhatikan.
Kotak tersebut, tiga sisi dan atasnya ditempel foto-foto dengan tulisan 'Donasi untuk Orang-orang dari Palestina (Gaza). Sementara, Si Tampan ucapkan kata-kata dalam bahasa Arab dan Inggris ke orang-orang yang lewat. Jika ada yang masukin uang, rata-rata lembaran 5, 10, dan 20 ribu, Si Tampan langsung rapal doa dengan bahasa Arab. Saya amati, Si Tampan, bisa mencapai ratusan atau jutaan rupiah.
Ya. Dapat jutaan rupiah hanya dengan modal foto dan 'rapal doa.' Boleh-boleh saja.
Tapi, jika memperhatikan lebih detail, ternyata foto-foto yang tertempel di kotak, sudah tak asing. Banyak foto-foto korban perang di Syria, kerusuhan di Mesir, dan foto bencana di tempat lain. Foto-foto itu, ketika ditanyakan asalnya, Si Tampan menjawab sebagai korban perang atau serangan militer (yang sekarang terjadi) Israel di Gaza. Nah.
Saya pun menjauh dari Si Tampan dan kotaknya dengan prihatin.
Prihatin karena begitu mudahnya orang gunakan foto parah-berdarah untuk mendapat uang; foto-foto itu disebut koban di Gaza. Orang-orang menyumbang pun, cepat percaya foto-foto itu karena ada isue Palestina.
Agaknya, kita lagi krisis akal sehat, karena begitu cepat percaya pada hal-hal yang tak benar; namun menjadi benar karena dihubungkan dengan Palestina atau pun Gaza. Di sini, orang tak lagi membuka ingatan agar menjawab 'Ini Benar atau Tidak;' tapi langsung menerima sebagai kebenaran. Dan itu, dilanjutkan dengan beri sumbangan. Padahal, mereka telah tertipu.
Sungguh gampangkah kita tertipu?