Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Profesor Ahli Filsafat Belum Tentu Ia Seorang Filsuf

Diperbarui: 20 November 2020   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Opa Jappy | Koleksi Pribadi

Cipanas, Jawa Barat | Filsafat, Yunani: philosophia,  philien/phileo - cinta;  sophia - kebijaksanaan. Jadi, sederhananya, filsafat bermakna cinta kebijaksanaan. Sedangkan filosofi adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang; serta konsep dasar mengenai hidup dan kehidupan yang dicita-citakan.

Sejak masa lalu, jauh sebelum Era Bersama dan serta sistimisasi pengetahuan sebagai ilmu, telah ada yang disebut filsafat. Pada masa itu, filsafat dikenal sebagai  kegiatan, orasi, dan narasi para Filsuf.

Belakangan, kegiatan, orasi, narasi tersebutlah ditulis, disistimatikan, diklasifikan menjadi ilmu yang diajarkan (dan sebagai pelajaran wajib untuk semua warga Polis atau Negara Kota).

Itulah yang dikenal sebagai Ilmu Filsafat; yaitu ilmu tentang bagaimana (cara) seseorang melakukan transfer pemikiran (kepada orang atau pihak lain) secara bijak,  bijaksana, dan berhikmat. Selanjutnya, pada konteks itu, maka muncul pelbagai cabang Filsafat dan Ahli (Tentang) Filsafat.

Tentang Filsuf/Filosof

Sederhananya, (seorang) filsuf adalah orang yang berhomolia agar orang lain cinta kebijaksaan; atau orang melakukan kegiatan, orasi, dan narasi, agar audiensnya pahami, ikuti, serta bertindak   bijak dan penuh kebijaksanaan. Seorang filsuf ada karena ia belajar (dari filsuf sebelumnya) atau pun 'jadi' karena ia local genius yang bertalenta filsafat.

Para filsuf, pada masanya, mengajari murid-murid atau pendengar tentang Negara dan Cinta Negara, Hormati Kaisar atau pemerintah, alalm semesta, etika, serta hal-hal mengenai ketertiban hidup dan kehidupan. 

Tujuannya adalah terciptanya demos atau rakyat yang tertip, disiplin sehat, berkualitas, dan berpengetahuan; sehingga mampu survive dan membela Negara. Seringkali, Filsuf pun menjadi orang penting di Istana, karena sebagai mentor para pangeran.

Ok. Kita lanjukan.

Pada masa lalu, para filsuf Yunani mengungkapkan pada dasarnya manusia adalah makhluk yang paling cerdas. Namun kecerdasan itu harus dilatih agar bisa tampil keluar, serta dilihat oleh orang lain. Seseorang yang cerdas, maka ia bisa menjadi manusia seutuhnya, jika menguasai filsafat, seni, dan olahraga; ketiga hal itu sudah ada dalam diri manusia. Bahkan menurut Aristoteles, manusia (yang sehat menguasai ilmu, seni, olahraga) seharusnya juga mempunyai ethos, logos, dan pathos.

ETHOS, merupakan karakter moral yang baik dan diterima oleh siapapun, ia mampu melakukan pendekatan dengan/melalui cara-cara atau perilaku hidupnya yang baik dan bermartabat. PATHOS, kemampuan membuka jalan untuk orang lain; mampu menyentuh perasaan dan emosi seseorang melalui teladan hidup dan kehidupan. LOGOS, kemampuan mengukapkan kata-kata yang dapat atau mampu meyakinkan orang lain, sehingga mereka mendapat pengetahuan baru ataupun berkembang secara intelektual dan kecerdasannya, [Opa Jappy | Kompasiana].

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline