Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Menjawab Rocky Gerung

Diperbarui: 30 Januari 2019   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Indonesia Hari Ini

Villa Kota Bunga Ade, Cipanas - Saya mencatat inti pernyataan Prof Rocky Gerung di Arena  Indonesia Lawyer Club (ILC), beberapa waktu yang lalu.

  1. Rezim ini sedang panik, "Kita mencium ada semacam kepanikan di dalam rezim ini. Orang panik biasanya ingin cari pegangan apa saja. Kayak orang hanyut, dia mau raih apa saja. Entah itu kaleng bekas hanyut, batang pohon. Jadi kepanikan menunjukkan ada krisis, sebenarnya."
  2. Presiden menyebar hoax. "Sore tadi saya baca, Pak Jokowi bilang, 'Jangan membaca Jokowi Undercover karena buku itu tidak ilmiah'. Saya anggap itu hoax. Karena yang ngomong itu adalah presiden, memberi penilaian pada buku tidak ilmiah. Tentu kita bisa bikin semacam simulasi dari mana Pak Jokowi tahu. O, pasti kalau ada wartawan tanya dia akan bilang, 'kata Pak Tito. Kapolri' Lho, Pak Tito rektor UI atau rektor ITB itu. Jadi Anda lihat bahwa, bahkan presiden menyebar hoax itu. Dari sudut pandang definisi lho."
  3. Yang berhak menentukan suatu buku ilmiah atau tidak adalah kampus. Sementara buku tersebut justru dilarang dibahas di kampus untuk mengetahui ilmiah atau tidaknya.
  4. Rezim yang mengendalikan kebenaran artinya ada kebohongan yang disembunyikan. Rezim itu, kalau dia terus menerus mengendalikan kebenaran, artinya ada kebohongan yang hendak disembunyikan.
  5. Pembuat hoax terbaik adalah penguasa. Karena mereka memiliki seluruh peralatan untuk berbohong. Intelijen dia punya, data statistik dia punya, media dia punya. Orang marah. Tapi itu faktanya. Hanya pemerintah yang mampu berbohong secara sempurna.
  6. Contoh Hoax Ahok. Saya kasih contoh cepat-cepat bagaimana statistik berbohong. Kemarin di dalam debat Pilgub DKI, Pak Ahok bilang begini, saya baca tadi di media, 'Jakarta human development index-nya tertinggi se-Indonesia. 2 tahun berturut-turut.' Oleh karena itu dia dapat award empat kali. Sebagai fakta benar, tetapi sebagai pesan politik, itu adalah hoax.

Terus terang, untuk memahami pernyataan Rocky Gerung, saya berulangkali melihat ulang di Youtube dan membaca pernyataan tersebut di berbagai situs. Hasilnya, walaupun mengunakan berbagai model dan metode pendekatan terhadap orasi Rocky Gerung, adalah 'tanda tanya (?).  Bukan lagi tanda tanya kecil tapi BESAR.

Tanda tanya karena apa-apa yang disampaikan Rocky Gerung adalah bukan jawaban dari ranah Filsafat atau Politik; atau kolabarasi keduanya, Filsafat Politik; atau mungkin  saja Politik Filsafat. Entahlah.

Apa pun itu, menurut saya, pernyataan Rocky Gerung tak masuk ranah Filsafat, bukan juga Tinjauan Politik, apalagi Filsafat Politik. Rocky Gerung hanya asal bunyi, jauh dari latar akademis dan label Guru Besar pada dirinya; juga cenderung sarkasme serta menunjukkan diri sebagai sosok dan bagian dari Kelompok Anti Pemerintah.

Dengan demikian, pernyataan Rocky Gerung, bisa saya nilai sebagai 'sekelas debat tak berbobot di Media Sosial.' Oleh sebab itu, saya juga melepaskan latar akademis saya (yang jika penurut, maka sudah Guru Besar sebelum usia 50 tahun), untuk menjawab Prof Rocky Gerung.

Ok. Inilah jawaban untukmu Profesor.

  1. Arena  Indonesia Lawyer Club (ILC) bukan ruang kelas atau kuliah, yang terjaga kebebasan dan kemerdekaan akademis; termasuk orasi, narasi, ilustrasi, infografis yang digunakan untuk mengajar atau pun memberi kuliah. Dengan itu, penyampaian pendapat di Media, perlu dijaga agar tak diterima publik sebagai kebenaran ilmiah, karena disampaikan oleh seorang guru besar, walau itu tak mendasar dan ilmiah.
  2. Tentang hak menentukan keilmiahan buku. Wah, Prof lebay ya. Prof lupa ya, di setiap penerbitan ada staf ahli yang menilai sebelum buku diterbitkan. Kampus tak punya hak mutlak untuk menentukan ilmiah tidaknya (sebuah) buku.
  3. Tentang Rezim Panik. Ini sama dengan suara oposisi dan anti pemerintah. Terlalu kerdil dan sempit, jika Gerung menyebut pemerintah Jokowi-Jk sebagai 'rezim.' Rezim, biasanya berciri totaliter, dikatator, penghambatan ekspresi dan akatuaslisasi publik, militerisme, dan utamanya  pelanggaran HAM. Nah, apakah Jokowi-JK seperti itu? So, saya sarankan Rocky Gerung piknik di area publik.
  4. Presiden penyebar hoax. Nah, inilah hal yang paling tak bermutu dari Gerung. Hanya karena 'larang tak baca,' maka menglabelkan Presiden Penyebar Hoax?
    Pemerintah yang mana, melakukan hoax? Anda menunjuk Pemerintah Jokowi-JK? Buka matamu Prof; pasang telingamu baik-baik, dan temukan jawaban di akar rumput. Duh Prof, dari mana ukuran itu dibuat? Ya ya ya. Mungkin saja, Rocky dapat dari Medsos. Klop. Wahai Rocky, "Janganlah engkau menghujat, ntar jadi sasaran hujatan."

Agaknya, Rocky Gerung terlalu asyik dengan dunia diri hasil ciptaan sendiri, sehingga tak pernah beranjak dari sana. Akibatnya, tak pernah melihat laju pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan Bangsa dan Negara sejak Jokow-JK. Jadi, wahai Prof, jalan-jalan lah.

Cukuplah. Jika ada reaksi, hubungi saya melalui WA.

Opa Jappy - KETUM KOMUNITAS INDONESIA HARI INI

WA +6281286032120

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline