Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

Kelompok Saracen adalah Teroris Dunia Maya

Diperbarui: 29 Agustus 2017   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Jakarta News Co

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, ...." [Santo Petrus].

Merdeka, hanyalah bebas, tak terikat pada apa dan siapapun; juga bisa bermakna mampu berinteraksi serta tampilkan kreativitas tanpa halangan, rintangan, dan batasan. Merdeka selalu didekatkan dengan 'kemerdekaan,' biasanya dihubungkan dengan sikon psikologis, kebebasan berekspresi, serta adanya rasa tanpa takut mengaktualisasi diri.

Jadi, sederhananya, merdeka dab bukan hanya abstrak, namun juga kongkrit, keduanya kait-mengait; 'merdeka' terungkap dalam kata dan perbuatan yang menunjukkan adanya 'kemerdekaan.'

Manusia merupakan makhluk yang paling merdeka dan menikmati kemerdekaan. Karena, oleh kaum agamawan atau menurut ajaran agama, merupakan makhluk yang telah merdeka dan dimerdekakan dari kegelapan, dosa, serta perhambaan tanpa agama.

Sementara itu, menurut para sosiolog 'merdeka' memiliki batas-batas abstrak yang disetujui bersama (misalnya pada komunitas sosial), sehingga tak ada kemerdekaan yang mutlak. Menurut hampir seluruh Perangkat Negara, (rakyat yang ) merdeka bermakna "tidak bebas merdeka" karena harus tunduk, takluk, taat pada Undang-undang Negara; dan Negara menghukum siapa pun yang melanggar Undang-undang.

Dengan demikian, tak ada merdeka-kemerdekaan dan bebas-kebebasan yang mutlak, tanpa batas, serta bebas hambatan.

Itu tentang merdeka dan kemerdekaan. Selanjutnya bagaimana dengan Orang Indonesia sebagai Manusia merdeka yang menikmati kemerdekaannya?

Segar dalam ingatan, suara orasi para politisi dan elite bangsa bahwa Indonesia adalah negara demokrasi, merdeka, tetap pertahankan kemerdekaan.

Ya, rakyat dan bangsa Indonesia memang telah merdeka dari penjajajan, idiologi totaliter, rezim diktator, dan 'demokrasi semu.' Sayangnya, kemerdekaan tersebut telah disalahgunakan sehingga menjadi 'merdeka dan kemerdekaan melakukan kejahatan.'

'Kemerdekaan melakukan kejahatan' itulah yang ada pada pandangan masa depan Santo Petrus di abad I Masehi. Ia menasehati rakyat atau publik di seluruh Oikos (wilayah yang dihuni dan tertata oleh Negara) agar, "Hidup sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, ...."

Dalam konteks itu, rakyat sebagai orang-orang merdeka yang kemerdekaannya karena ada Negara (Negara yang melindungi dan memberi rasa aman). Karena itu, rakyat tak gunakan kemerdekaan untuk melakukan kejahatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline