[caption caption="Sumber: Koleksi Pribadi"][Sumber: Koleksi Pribadi]
Makna Politik
Politik (Indonesia), politic (Inggris) adalah padanan politeia atau warga kota (Yunani, polis atau kota, negara, negara kota); dan civitas (Latin) artinya kota atau negara; siyasah (Arab) artinya seni atau ilmu mengendalikan manusia, perorangan dan kelompok.
Secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politiknya semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir.
Politik tidak lagi terbatas pada seni memerintah agar terciptanya keteratuaran dan ketertiban dalam masyarakat polis; melainkan lebih dari itu.
Dengan demikian, politik adalah kegiatan (rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi) yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain ataupun kelompok, sehingga pada diri mereka (yang dikuasai) muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas (walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu).
Dalam/pada politik ada hubungan antar manusia yang memunculkan menguasai dan dikuasai; mempengaruhi dan dipengaruhi karena kesamaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai. Ada berbagai tujuan dan kepentingan pada dunia politik, dan sekaligus mempengaruhi perilaku politikus.
Politik juga memunculkan pembagian pemerintahan dan kekuasaan, demokrasi (dengan berbagai bentuk), pemerataan dan kesimbangan kepemimpian wilayah, dan lain sebagainya. Hal itu menjadikan pembagian kekuasaan (atau pengaturan?) legislatif (parlemen, kumpulan para politisi); eksekutif (pemerintah); dan yudikatif (para penegak hukum); agar adanya ketertiban dan keteraturan di masyarakat, (Opa Jappy | Kompasiana 22 Feb 2015).
Dukungan Politik
Karena dalam/pada politik ada hubungan antar manusia yang memunculkan menguasai dan dikuasai; mempengaruhi dan dipengaruhi karena kesamaan kepentingan dan tujuan yang akan dicapai, maka perlu ada kelompok pendukung dalam rangka mencapai tujuan.
Kelompok pendukung tersebut, ada karena dibentuk (oleh politisi dan Parpol) dan terbentuk sebab adanya kesamaan tertentu (dengan politisi dan Parpol) atau tujuan yang hendak dicapai.
Kelompok pendukung atau pun dukungan politik "yang dibentuk serta terbentuk," biasanya ada militansi, loyalitas, dan saling ketergantungan. Itu sah-sah saja, dan nyaris terjadi peralihan dukungan; namun ada juga atau terjadi peralihan.
Di samping itu, terbentuknya kelompok dukungan dan pendukung politik terjadi karena kesamaan latar agama, etnis, idiologi, kerabatan, dan lain sebagainya. Pada konteks ini, antara "yang didukung" dan "pendukung," hampir tak mempunyai interaksi langsung. Hanya "kesamaan latar" lah, maka terjadi dukungan politik.