Setiap tokoh agama (pemimpin umat beragama) biasanya mengharapkan bahwa umat yang dipimpin, dibinanya, mempunyai moral yang baik dan benar di tengah masyarakat. Misalnya, tidak bertindak kriminal ataupun kekerasan. Termasuk tidak melakukan sex bebas, sex pra-nikah, maupun seks di-luar nikah, serta berhubungan seks yang beresiko menimbukan penyakit.
Hal seperti itu hanya bisa terjadi jika umat mendapat ajaran moral, kemudian mengaplikasikannya pada hidup dan kehidupannya. Ajaran moral pada agama-agama menghantar umatnya menghargai dan menghormati sesama manusia walaupun berbeda agama. Agama-agama selalu mengajarkan cinta kasih, saling tolong menolong, berbuat baik, dan lain-lain dalam rangka membangun kebersamaan serta persatuan sebagai bangsa dan negara.
Tampilan diri umat beragama (yang baik dan benar) selalu menunjukkan bahwa mereka mendapat didikan dan bimbingan keagamaan; dan akan menghasilkan hidup dan kehidupan moral positif. Dengan itu, berbagai tindakan serta perilaku sosial manusia (khususnya umat beragama) sehari-hari merupakan akibat dari manusia batiniah yang mendapat bimbingan keagamaan. Ajaran-ajaran agama yang berhubungan dengan percaya dan iman serta ajaran moral harus dipraktekkan melalui tindakan-tindakan nyata. Jika tidak, maka agama menjadi sesuatu tak berarti.
Secara khusus, mereka (katakanlah, mereka juga umat beragama; lepas dari spritualitasnya yang dewasa. kuat, atau lemah) yang melakukan sex bebas, sex pra-nikah, maupun seks di-luar nikah, serta berhubungan seks yang beresiko menimbukan penyakit, cukup banyak atau bahkan sangat banyak. Dampaknya adalah mereka mengidap berbagai penyakit akibat hubungan sex yang tak sehat dan dengan orang yang tak sehat, termasuk AIDS.
Persempit lagi, mengapa hingga ada umat beragama yang mengidap atau menderita AIDS!? Kesalahan terbesar harus ditimpakan kepada siapa ....; orang tua, guru, pemerintah, sipenderiat, atau para tokoh agama yang mempunyai tugas dan tanggungjawa membina kerohanian, akhlak, dan moral umat!? Silahkan, masing-masing anda mempunyai padangan tersendiri
Tapi, bagiku, jika kedapan umat beragama menderita-mengidap AIDS, maka paling mudah dituding adalah mereka yang disebut (dan menyebut diri) tokoh agama. Gagalnya para tokoh agamalah maka munculah berbagai pelanggaran dan penyimpangan, termasuk sex bebas (termasuk tidak melakukan sex bebas, sex pra-nikah, maupun seks di-luar nikah, serta berhubungan seks yang beresiko menimbukan penyakit), dan kemudian menderita AIDS.
So, anda, saya, tokoh agama, politisi kagamaan, dan entah apa namanya, semuanya TELAH GAGAL sehingga banyak orang Indonesia mengidap - menderita AIDS.
Kini, ketika Menteri Kesehatan RI, yang urus kesehatan masyarakat (bukan moral, bukan akhlak, bukan juga iman, dan rohani masyarakat, karena itu adalah tanggungjawa para tokoh-tokoh agama); mengurus agar masyarakat yang sakit menjadi sehat, melakukan pencegahan, mengurangi resiko, dengan cara-cara yang sudah terbukti secara medik-akademik; melakukan upaya pencegahan AIDS dengan PEKAN KONDOM NASIONAL, mengapa menuduhnya sebagai meresahkan umat, cabul, liberal!?
Tindakan Menkes dan aparatnya itu sudah tepat; karena mereka hanya melakukan upaya-upaya secara fisik, terlihat, dan praktis. Kasarnya, jika mau atau berhubungan seks, dan aman dari AIDS maka gunakan kondom. Dengan demikian, para tokoh yang menantang PKN, seharusnya malu, karena mereka gagal membentuk manusia Indonesia yang teguh iman, sehingga bisa bebas dari AIDS.
Ada baiknya mereka yang menolak PKN, melakukan progarn binaan spritual-rohani-iman kepada masyarakat agar tidak terjerumus dalam sex bebas (termasuk tidak melakukan sex bebas, sex pra-nikah, maupun seks di-luar nikah, serta berhubungan seks yang beresiko menimbukan penyakit). Jadi jangan asal menolak, menuding, menuduh, dan mencaci, namun berikan solusi yang bermartabat, masuk akal, dan cepat, serta praktis dan mudah digunakan.
Oleh sebab itu, jangan cuma mencela dan memaki, tetapi ada baiknya dan lebih terhormat yaitu mendidik rohani umat, membina moral umat, agar mereka tak lakukan hal-hal yang tak seharusnya dilakukan agar umat terjerumus ke dalam hal-hal yang membuat dirinya hancur karena derita yang berkempanjangan.