Dalam rangka menemukan pasangan Presiden-Wapres RI ideal dan mempunyai tingkat elektabilitas tinggi pada Pilpres yang akan datang, Pusat Data Bersatu yang dikomandai oleh Prof.Dr J. Rachbini, melakukan riset selam 4-8 Januari terhadap sampel 1.200 responden. PDB melakukan Riset tersebut di 11 kota yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Denpasar, Balikpapan, Makassar dan Jayapura. Responden dipilih secara acak dengan margin of error +/- 2,8 % dan tingkat kepercayaan 95 %.
Hasilnya adalah:
CALON PRESIDEN
- Joko Widodo
- Prabowo Subianto
- Jusuf Kalla
- Dahlan Iskan
- Mahfud MD.
CALON WAPRES
- Basuki Tjahaja Purnama
- Dahlan Iskan
- Gita Wirjawan
- Mahfud MD
- Jusuf Kalla
KOMBINASI CAPRES-CAWAPRES
- Joko Widodo-Jusuf Kalla - 17,4 %
- Joko Widodo-Hatta Radjasa - 6,2 %
- Megawati-Joko Widodo - 5.3 %(5,3
- Prabowo-Hatta Radjasa - 5.0 %
- Dahlan Iskan-Chairul Tandjung - 4.2 %
- Abu Rizal Bakrie-Mahfud MD - 2.8 %
Sumber: antara
Data di atas hanya merupakan hasil riset (dan survey) oleh Pusat Data Bersatu, namun cukup memberia infomasi mengenai bayangan kombinasi atau kombinasi bayangan pasangan Kandidat Presiden dan Wakil Presiden yang mempunyai tingkat-peluang dipilih oleh rakyat Indonesia.
Hasil riset PDB tersebut ternyata nama-nama yang muncul atau terangkat ke permukaan, dan menjadi incaran untuk dipilih publik, hampir tak berubah dari survey-survey sebelumnya (oleh lembaga survey lainnya). Posisinya pun hampir seragam atau nyaris tak berubah.
Dari hasil riset PDB di atas, semakin jelas bahwa para Kandidat Presiden dan Wakil Presiden, sudah semakin mengerucut, ada di/dalam parpol, serta di luar parpol. Selain itu, para kandidat tersebut, ternyata tak menyatu di/dalam satu Partai Politik, mereka menyebar dan ada juga tanpa atau belum berpartai politik atau bakalkandidatkan oleh partai politik tertentu.
Menariknya lagi, bedasar riset PDB, terlihat dengan jelas bahwa kandidat-kandidat seperti Hatta Rajasa, Wiranto, Anis Matta, Rhoma Irama, Farhat Abbas, bahkan Habib Rizieq dan Surayadhama Alie, sama sekali tak masuk sebagai Kandidat Presiden yang mempunyai elektabilitas memadai atau pun diperhitungkan. Jadinya, untuk calon-calon yang tak diminati publik, daripada berseru-seru dan menebar pesona untuk menjadi Presiden RI (bahkan ada yang sudah membangun posko), mendingan urungkan diri. Yah, daripada rugi tenaga, waktu, uang, lelah fisik, mendingan tenangkan diri serat suport-dukung yang lainnya.
Juga berdasar riset PDB, yang baru adalah muncul nama Basuki Tjahaya Purnama sebagai kandidat Wakil Presiden yang tertinggi elektabilitasnya; namun namanya tak terlihat di daftar calon presiden. Dengan itu, ceplas-ceplos dan ketegasannya Ahok, agaknya menjadi harapan publik Indonesia, untuk menjadi Wakil Presiden. Setidaknya gaya berani melawan arus seperti Ahok itu lah, bisa menjadi orang nomer dua di RI, dalam rangka ngajari Rakyat taat aturan, hukum, konstitusi.
Tetapi, walaupun Ahok menjadi cawapres tertinggi, agaknya ia tak bakalan menjadi kandidat pilihan parpol, jika Jokowi jadi dicapreskan. Sebab, jika mereka berdua bertarung di tinkat nasional maka DKI mendi kosong. Akibatnya, bisa diduga, segalahnya kembali amburadul dan seenaknya.
Kini, kita, rakyat menunggu lagi; menunggu hingga selesainya pemilihan anggota parlemen dan komposisi anggota parlemen dari Parpol (yang berhubungan erat dengan berapa banyak Kandidat Presiden dan Wapres) di MPR. Dari situ lah akan terliahat siapa-siapa yang akan menjadi Kandidat Presiden dan Wakil Presiden RI.