Lihat ke Halaman Asli

Opa Jappy

Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan

"Gue yang Natalan, Situ yang Ribut!?"

Diperbarui: 24 Desember 2020   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini

Ada ungkapan yang menarik dari Menteri Agama seperti yang dikutip oleh id.berita.yahoo.com, menurut Menteri Agama

"Kami memohon umat Kristiani berjiwa besar melihat realitas ini. Sebab di internal umat Islam beragama pandangannya.

Di internal umat Islam pandangan terkait mengucapkan 'Selamat Hari Raya Natal' masih beragam. Ada sebagian besar tidak mempersoalkan ucapan kepada umat Kristiani, tetapi ada yang mengharamkan.

Saya pikir semua pihak harus saling menghargai dan menghormati pandangan masing-masing. Jadi kalau ada umat Islam tidak mengucapkan itu katakan sampai mengucapkan haram itu bagian dari pemahaman.

Itu harus dihormati dan dihargai. Sebagaimana, kita menghormati dan menghargai yang tidak mempersoalkan."

Bagi saya, dan banyak umat Kristen di Nusantara, tidak penting Haram dan Halalnya seorang Muslim mengucapkan Natal kepada rekan, keluarga, sanak, atau bahkan suami-isteri-anak mereka yang merayakan Natal.

Bagi seorang Kristen, tidak masalah baginya mendapat ucapan salam atau selamat  selamat, termasuk ucapan Selamat Natal dari orang lain; yang penting baginya adalah seperti pesan Yesus di bawah ini,

Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian

Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka, … salammu itu turun ke atasnya.

Berilah salam seorang kepada yang lain, ….  dan saling mendahului dalam memberi hormat, … .

Janganlah kita gila hormat; hormat kepada orang yang berhak menerima hormat. Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu.

Rangkaian kalimat di atas merupakan bagian teks Kitab Suci, yang bersifat pesan moral dan etika dalam kerangka hubungan antara manusia atau sosial.

Dalam kerangka itu pula, pada diri setiap Kristiani, ada semacam keharusan atau kewajiban etis pada dirinya, agar mengucapkan Salam, Shalom, Eirene, hormat, kepada semua orang. Dengan demikian Umat Kristiani Tak Berharap, Meminta, Menuntut Ucapan Selamat Natal dari Siapapun

Memberi -mengucapkan- Selamat Natal tersebut, merupakan panggilan nurani dan suara hati. Boleh dan tidak bolehnya, ya  atau pun tidaknya, tergantung input yang masuk ke/dalam nurani masing-masing orang.

Bagi umat Kristen, pada umumnya, mereka tidak pernah mempermasalahkan dirimu dan diriku memberi -mengucapkan- Selamat Natal ke/pada dirinya(mereka). 

Karena memang, bagi seorang Kristiani ia tak boleh meminta atau menuntut ucap dan ucapan selamat, shalom, tabe,’ eirene, dan kata-kata sejenisnya dari siapa pun juga; namun ia wajib memberi ucapan selamat semua orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline