Lihat ke Halaman Asli

Rahman

Penulis lepas

Mengulik Naik Turunnya Penampilan Utah Jazz di Musim 2018-2019

Diperbarui: 17 April 2019   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Utah Jazz di tengah kegamangan antara relatif sukses atau melangkah lebih jauh dalam tiga musim. Sumber: NBAE via Getty Images.

Utah Jazz menutup musim reguler NBA 2018-19, Rabu (11/4) WIB dengan menurunkan mayoritas skuat yang pernah bermain untuk tim afiliasi NBA G-League mereka, Salt Lake City Stars. Terkecuali Jae Crowder, Joe Ingles, Ekpe Udoh, dan Thabo Sefolosha, skuat 'SLC Stars' hari itu tampak tahu bakal kalah. 

Benar saja, Jazz keok 137-143 dari tim tuan rumah LA Clippers yang masih turun dengan kekuatan penuh untuk memuaskan pendukungnya.

Meski kalah, perlawanan sengit diperlihatkan Utah Jazz. Anak asuh Quin Snyder bahkan memaksa sampai tambahan quarter. Grayson Allen, kebanggaan Duke Blue Devils sebelum era Zion, mendapatkan torehan 40 poin pada laga tersebut. Momen 'nyetel' yang sebenarnya ditunggu-tunggu sejak Jazz memilihnya di urutan ke-21 pada Draft Night 2018.

Rudy Gobert dan Donovan Mitchell duduk di bangku cadangan dengan setelan pesta. Seperti Kyle Korver dan Ricky Rubio pada laga sebelumnya saat menundukkan Denver Nuggets 118-108. Ingles turun sebentar, beradu mulut dengan Avery Bradley, dan rasa kesalnya tidak pernah dipilih Clippers demi mentas di NBA tidak cukup membantu banyak.

Dengan gaya main yang cenderung berbeda, Jazz sempat kewalahan di kuarter pertama. Namun berkat strategi Snyder dengan memompa potensi skuat cadangan, Utah Jazz bisa memaksa laga memasuki tambahan waktu. Pada akhirnya, kalah juga. Namun laga terakhir itu cukup menyajikan kegembiraan bagi Utah Jazz musim ini yang performanya sempat turun menukik dan menanjak melampaui keraguan di waktu yang tepat.

Proses Mencapai Play-off
Sebenarnya cukup gila mendambakan Jazz berbicara banyak dalam percaturan papan atas NBA. Namun, itu benar-benar dilakukan dua penulis The Guardian, Oliver Connolly dan Aaron Timms. Entah salah makan atau bagaimana, tapi keduanya menjagokan Jazz finis di peringkat kedua. Bahkan, Timms menyebut Jazz layak menembus final wilayah barat versus Golden State Warriors.

Ah, untuk musim ini prediksi awal musim cenderung banyak yang meleset. Paling-paling kedigdayaan Warriors, kestabilan James Harden, dan musim puncak Giannis Antetokounmpo. Sisanya berantakan.

Tengok saja LeBron James gagal membawa Los Angeles Lakers ke babak play-off, Denver Nuggets nongkrong di posisi kedua, Boston Celtics terengah-engah, Toronto Raptors era Kawhi Leonard dikangkangi Milwaukee Bucks. Belum lagi Houston Rockets sempat berantakan di awal musim yang berdampak melorot posisi mereka ke urutan empat klasemen akhir, dan Paul George yang menyajikan performanya sebagai MVP dengan banyak penaklukan clutch di akhir laga, dan semacamnya.

Kesampingkan prediksi The Guardian yang sebetulnya juga tidak menjelaskan alasan di artikelnya, mari kembali singgung musim Utah Jazz. Periode pramusim dilewati Donovan Mitchell, dkk dengan gagah. Lima kemenangan beruntun diraih. Seolah melanjutkan tren bagus musim lalu yang mencapai semifinal wilayah barat, sebelum dipecundangi Houston Rockets di Perimeter.

Lantas musim NBA bergulir, Sacramento Kings menghadang setelah pada pramusim hancur lebur dengan kalah selisih 39 poin. Kings yang tidak pernah menembus play-off sedari 2006 tentu menjalani musim dengan tujuan jelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline