Lihat ke Halaman Asli

Kopral Jabrik

diisi apa?

Kom Peng-tung, Sang 'Pejuang'

Diperbarui: 5 Mei 2017   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Krompyaaaaaang! Nyaring sekali suara piring jatuh dan pecah di lantai. Seekor kucing kurus dan buduk melompat dari atas meja setelah menyenggol piring berisi potongan ikan. “Pentung saja kucing sialan itu...!” terdengar suara serak lelaki dari kamar pengap.

Tidak lama kemudian terdengar suara perempuan mengerang kesakitan. Lalu ucapan syukur meluncur dari bibir dukun beranak yang ada di samping tempat tidur. Sesaat kemudian, meledak tangis bayi. Lahirlah seorang bocah laki-laki, yang diberi nama Krompyang Pentung dan dipanggil Kom Peng-tung.

Peristiwa piring jatuh dari meja, teriakan agar kucing dipentung, erangan kesakitan perempuan dan lahirnya Kom Peng-tung, terjadi singkat di salah satu gang sempit di lingkungan Pasar Pagi, yang sekarang dikenal sebagai Asemka, di Jakarta. Kom Peng-tung kemudian tumbuh menjadi bocah lucu, lalu beranjak menjadi remaja yang cerdik.

Kesesakan hidup di gang sempit, mengajarkan Kom Peng-tung cara-cara mengubah halangan menjadi peluang.

***

Kom Pung-an kini mahasiswa semester enam di Kampus Hijau. Ia lahir di Lombok, tapi kini tinggal di Serpong, tidak jauh dari Kampus Hijau tempatnya berkuliah. Ayahnya lelaki kelahiran Pasar Pagi, sedang ibunya kelahiran Sukarara di Lombok.

Di Kampus Hijau, Kom Pung-an belajar tentang komputer. Ia tidak pernah kekurangan uang, karena ayahnya telah menyiapkan bangunan enam kamar yang disewa-sewakan sebagai tempat kos bagi mahasiswa. Dari persewaan tempat kos itulah, Kom Pung-an membiayai hidupnya sehari-hari.

Kom Pung-an juga tidak perlu pusing memikirkan biaya sekolah. Ayahnya, beroleh kredit tanpa agunan (KTA) dari Bank Berdikari dan pinjaman itulah yang deigunakan membayar uang kuliah. Kom Pung-an tidak perlu berkhawatir dirinya bakal kehabisan biaya hidup di pinggir Jakarta. Ayahnya cukup cerdik dan sudah memikirkan cara-cara membuat Pung-an bertahan.

***

Lingkungan Pasar Pagi mengajarkan Kom Peng-tung menjadi cerdik membawa diri dan pintar bicara sejak kecil. Pada umur belasan tahun, Kom Peng-tung sudah keluar masuk gang-gang sempit di Pasar Pagi menjajakan berbagai jenis obat. Mulai dari obat nyamuk, obat oles sampai obat kuat. Orang sulit membedakan apakah Kom Peng-tung sedang bicara serius atau tengah membual. Mimik wajahnya nyaris tidak berbeda sewaktu ia berkata serius maupun berbohong.

Lulus sekolah menengah, Kom Peng-tung langsung berkelana. Dari Glodok, ia berpetualang ke arah timur sampai ke Pulau Lombok. Di Pantai Senggigi, Kom Peng-tung remaja berkenalan dengan seorang janda yang usianya delapan tahun lebih tua. Kerinduan kepada ibu, dilampiaskan Kom Peng-tung dalam bentuk birahi kepada sang janda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline