Kelembapan air tanah memegang peran penting dalam mencegah terjadinya kebakaran di lahan gambut. Tingkat kelembapan yang cukup pada tanah gambut dapat menghambat proses terbakarnya material organik yang terakumulasi di permukaan lahan. Ketika tanah gambut kering, risiko terjadinya kebakaran meningkat secara signifikan karena material organik yang terdekomposisi di permukaan menjadi mudah terbakar. Selain itu, kelembapan tanah juga mempengaruhi kemampuan lahan gambut untuk menahan dan memadamkan api saat terjadi kebakaran. Tanah gambut yang lembap cenderung memiliki daya hantar panas yang lebih rendah, sehingga memperlambat laju penyebaran api. Oleh karena itu, menjaga kelembapan air tanah melalui berbagai metode, termasuk penggunaan AWLR (Automatic Water Level Recorder), merupakan langkah krusial dalam upaya pencegahan kebakaran di lahan gambut dan pelestarian lingkungan.
Proses Kebakaran di Lahan Gambut
1. Faktor-faktor Pemicu Kebakaran
Kebakaran di lahan gambut dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kondisi cuaca ekstrem seperti kekeringan yang berkepanjangan dan suhu udara yang tinggi. Selain itu, aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, pembakaran sampah, atau penggunaan api terbuka dalam kegiatan pertanian juga dapat menjadi pemicu kebakaran. Faktor-faktor ini dapat saling berinteraksi dan meningkatkan risiko terjadinya kebakaran yang merusak di lahan gambut, terutama jika tidak diimbangi dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat.
2. Dampak Kebakaran di Lingkungan dan Masyarakat
Kebakaran di lahan gambut memiliki dampak yang luas, baik secara ekologis maupun sosial ekonomi. Secara ekologis, kebakaran dapat menyebabkan kerusakan habitat alami dan mengancam keberlangsungan berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang bergantung pada ekosistem gambut. Selain itu, asap dari kebakaran dapat mengotori udara dan mengganggu kesehatan manusia serta mengganggu aktivitas ekonomi lokal seperti pertanian dan pariwisata. Dengan demikian, kebakaran di lahan gambut tidak hanya merugikan lingkungan alaminya, tetapi juga berdampak negatif pada kesejahteraan dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada ekosistem tersebut.
Langkah-langkah Implementasi Perangkat AWLR untuk Meminimalisir Kebakaran
1. Pemantauan dan Pengukuran Kelembapan Tanah
Langkah pertama dalam implementasi AWLR adalah melakukan pemantauan dan pengukuran secara real-time dan continue terhadap kelembapan tanah di lahan gambut. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sensor atau perangkat AWLR (Automatic Water Level Recorder) yang dipasang di beberapa titik strategis di area lahan gambut. Parameter yang digunakan pada perangkat AWLR adalah TMAT atau Tinggi Muka Air Tanah. Pengukuran dilakukan secara terus-menerus untuk memantau perubahan tingkat kelembapan tanah seiring waktu. Data yang terkumpul kemudian diolah untuk memahami pola kelembapan tanah dan mengidentifikasi potensi risiko kebakaran. Data ini dikumpulkan di sistem penyimpanan cloud, yakni dahsboard Mertani dan aplikasi mobile Mertani. AWLR akan mendeteksi jika ketinggian air tanah terlalu rendah, maka itu dapat dinilai berpotensi mengalami kekeringan.