Lihat ke Halaman Asli

Ony Jamhari

TERVERIFIKASI

Surga Dunia di Taman Nasional Ujung Kulon

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13649922821408544718

Pariwisata Indonesia akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri jika dikelola dengan benar terutama dengan membenahi sarana dan prasarananya.

[caption id="attachment_252661" align="aligncenter" width="614" caption="Salah Satu Dermaga di Taman Nasional Ujung Kulon"][/caption] Ini bukan pertama kalinya saya mengahadapi dilema untuk menghabiskan liburan apakah  di Indonesia atau di luar negeri di tengah banyaknya paket-paket wisata menarik yang ditawarkan baik oleh biro perjalanan maupun komunitas backpacking. Namun demikian kalau boleh memilih saya selalu ingin menghabiskan liburan saya di Indonesia. Selain bertemu dengan keluarga banyak tempat di Indonesia yang belum saya kunjungi. Akhirnya pada liburan panjang Paskah kemarin saya memilih untuk terbang ke Indonesia dan pergi ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Setelah mencari informasi melalui internet pilihan saya jatuh kepada sebuah paket yang ditawarkan oleh komunitas backpacking Indonesia. Ini merupakan perjalanan saya pertama kali dengan komunitas backpacking. Paket seharga Rp. 800,000 termasuk transportasi lokal, menginap semalam, dan juga makan saya pikir sangat masuk akal. Dengan harga tersebut jangan mengharapkan untuk naik speedboat dan juga tidur di kamar yang ber AC. Namun demikian bukan itu tujuan untuk ikut backpacking; banyak dari kami memilih paket ini karena ingin mencari teman baru dan menikmati the real adventure.  Tidak ada salahnya mencoba perjalanan ini.

[caption id="attachment_252663" align="aligncenter" width="614" caption="Kapal "]

1364992363955436220

[/caption] Tepat jam 8 malam hari Kamis, 28 Maret 2013 kami semua sudah berkumpul di lapangan parkir timur Senayan untuk berangkat ke Taman Nasional Ujung Kulon. Ada kurang lebih sekitar 32 orang dalam rombongan kami termasuk kepala rombongan. Mereka pada umumnya adalah anak muda berumur kurang lebih 25 sampai 35. Ada yang datang sendiri, dengan pasangan maupun dengan teman-temannya. Setelah semuanya berkumpul tepat jam 09:30 menit bus AC berkapasitas 32 orang berangkat menuju desa Sumur yang berlokasi di kabupaten Pandeglang ,Banten, 5-6 jam perjalanan darat dari Jakarta.

Dalam perjalanan ke Sumur kami sempat berhenti di beberapa tempat untuk menjemput beberapa orang dan juga beristirahat. Perjalanan selama 5-6 jam saya rasakan begitu lama dan sedikit tidak menyenangkan. Hal ini bukan karena bus atau teman-teman, tetapi lebih dikarenakan masalah jalan yang tidak bagus. Guncangan-guncangan dapat kami rasakan dan sering kali kami terlempar ke depan. Untuk tujuan wisata kelas nasional seperti Taman Nasional Ujung Kulon harusnya pemerintah bisa membenahi hal ini. Saya yakin orang Indonesia akan lebih banyak datang ke tempat wisata-wisata lokal jika akses ke daerah tersebut bagus dan mudah dicapai.

[caption id="attachment_252664" align="aligncenter" width="358" caption="Pohon Kelapa Nan Indah"]

1364992427844816958

[/caption] Akhirnya tepat jam 4 pagi kami sampai di desa Sumur. Kami beristriahat sebentar di rumah penduduk untuk makan pagi, minum kopi atau teh, dan juga sholat Shubuh. Saya sempatkan untuk berbincang-bincang dengan Bapak Mata, lelaki asal Sulawesi pemilik rumah singgah ini. Beliau mempunyai tiga kapal yang disewakan untuk umum dan juga sebuah rumah singgah yang biasa dipakai rombongan sebelum pergi ke Taman Nasional Ujung Kulon. Setiap akhir minggu ketiga perahunya selalu disewa oleh rombongan dari Jakarta atau Bandung. Lelaki yang sudah mengeluti bisnis ini selama 10 tahun menyebutkan bahwa semakin tahun jumlah wisatawan semakin meningkat. Hanya saja masalah yang dikeluhkan selalu sama bahwa akses menuju Sumur kurang begitu baik. Waktu yang diperlukan dalam perjalanan ke Sumur bisa dipakai untuk mengelilingi Taman Nasional Ujung Kulon yang sangat luas.

Tepat jam 6 pagi kami semua berangkat ke Taman Nasional Ujung Kulon. Perahu berkapasitas lima  puluh orang ini terasa penuh dengan rombongan dan juga barang yang kami bawa. Ada dua pulau yang akan kita kunjungi yaitu pulau Handeuleum dan pulau Peucang. Taman nasional ini sangat terkenal dengan Badak Bercula Satu dan juga beberapa hewan lain seperti Rusa, Banteng, dan berbagai jenis Burung. Taman yang terletak di bagian barat pulau Jawa ini memang menawarkan tidak saja wisata bahari tetapi wisata hutan tropis di mana kita bisa melakukan trekking di taman nasional ini.

Pemandangan begitu indah langsung dapat kami lihat di atas kapal yang membawa kami pulau Handeuleum. Perahu-perahu dengan jangkar berjejer rapi di kejauhan untuk menangkap ikan. Udara yang terang, langit yang biru, ombak yang tidak begitu besar dan angin berhembus membuat suasana pagi ini berasa indah dan sempurna. Kalau orang yang suka pergi ke luar negeri dan tidak pernah menjelajah Indonesia mungkin akan berubah pikiran setelah melihat pemandangan ini. Hanya saya sangat memahami bahwa pergi keluar negeri kadang-kadang memang lebih murah serta dilengkapi dengan sarana dan prasana yang lebih baik terawat.

[caption id="attachment_252666" align="aligncenter" width="553" caption="Rusa di Pulau Handaeleum"]

13649924901029817130

[/caption] Kurang lebih dua jam perjalanan kami sampai di pulau Handeuleum. Kami harus mendaftarkan diri di pulau ini sebelum melakukan perjalanan ke pulau lain. Di sini kami dapat bertemu Rusa yang sudah tidak takut dengan pengunjung di samping menikmati eloknya pohon-pohon kelapa yang melambai dengan indahnya. Tidak lama kami berada di daerah ini sebelum melanjutkan ke sungai Cigenter. Kami harus berganti dengan kapal kecil untuk mengelilingi sungai ini. Sambil bercano di sungai ini, jika kita beruntung kita dapat melihat Badak Jawa yang diperkirakan jumlahnya hanya mencapai sekitar 50 ekor.

Perjalanan dengan kapal kecil selama kurang dua jam berasa begitu cepat. Walaupun pada akhirnya kami tidak dapat berjumpa dengan Badak Jawa kami sangat senang karena dapat menikmati indahnya hutan tropis yang terdiri lebih dari 700 jenis pohon. Setelah puas kami kembali ke perahu dan melanjutkan ke pulau Peucang dimana kami akan menginap dan makan siang. Dalam perjalanan saya sempatkan untuk mengobrol dengan peserta lain yang ternyata mereka juga tidak saja berasal dari Jakarta atau Bandung tetapi juga dari Jogja.

[caption id="attachment_252668" align="aligncenter" width="614" caption="Senja di Karang Copong"]

13649925491530401262

[/caption] Sebelum perahu merapat di Pulau Peucang di kejauhan saya melihat beberapa berahu sudah bersandar di sana. Nampak juga beberapa orang bermain di pasir putih dan bersnorkeling di pulau ini. Penginapan kami tidaklah begitu besar tetapi cukup untuk menampung semua rombongan. Fasilitas yang ada tidaklah jelek. Ada kasur, kipas angin, dan juga ruang tamu untuk melakukan diskusi bersama. Kamar mandi juga relatif bersih. Di luar penginapan kami ada beberapa pondok lain yang diisi oleh beberapa rombongan lain. Nampak babi hutan dan rusa menyambut kedatangan kami di pulau Peucang. Sesudah itu kami melanjutkan untuk makan siang di tepi dermaga pulau Peucang.

Di pulau ini tidak ada penjual makanan. Jadi disarankan untuk membawa makanan kecil jika memang kita mudah lapar atau haus. Sesudah makan siang kami melanjutkan untuk snorkeling bersama. Saya sendiri memilih untuk tinggal di kapal dan mengobrol dengan nahkoda kapal. Beliau menjelaskan bahwa banyak tempat yang dapat dikunjungi selain dua pulau ini. Ada baiknya untuk bermalam di pulau selama dua hari karena selain dapat snorkeling mereka juga dapat trekking di pulau Peucang. Kesempatan untuk menjelajah Taman Nasional Ujung Kulon akan lebih panjang waktunya.

[caption id="attachment_252669" align="aligncenter" width="614" caption="Suasana Pagi di Pulau Peucang"]

13649926151342373489

[/caption] Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore ketika kami menuju Karang Copong untuk menikmati sunset dari atas kapal. Langit yang biru berangsur-angsung berubah menjadi kuning, orange dan gelap. Cuaca yang sangat baik benar-benar membuat sunset pada sore hari ini begitu indah. Di kejauhan kami dapat melihat kapal-kapal yang akan kembali ke pulau setelah sepanjang siang melaut. Suasana juga semakin indah dengar hadirnya burung-burung yang terbang di depan kami. Pemandangan yang sangat jarang kami temui di kota-kota besar. Dengan melihat seperti ini maka kita akan dapat merasakan betapa indahnya negeri Indonesia.

Selesai menikmati sunset kami kembali ke pulau Peucang untuk makan malam dan BBQ. Beberapa dari kami memutuskan untuk memancing. Sambil BBQ kami semua mengobrol dan bersenda gurau dengan peserta lainnya. Seorang peserta yang membawa guitar menyanyikan lagu Kemesraan di tepi pantai. Bulan bersinar dengan terangnya pada malam tersebut dan menambah suasana malam begitu syahdu. Di pulau ini listrik hanya dinyalakan pada jam 6 sore sampai 6 pagi. Jadi sangat disarankan untuk membawa baterai tambahan jika kita banyak mengunakan peralatan elektronik.

[caption id="attachment_252670" align="aligncenter" width="614" caption="Pasir Putih di Pulau Peucang"]

13649926761215164569

[/caption] Di hari berikutnya saya bangun pagi untuk menikmati suasana pagi di pulau Peucang. Ternyata sudah banyak orang di pingir pantai dan kebanyakan dari mereka sedang memancing. Suasana pagi begitu segar. Langit gelap berubah menjadi biru dan matahari bersinar dengan terang. Kehidupan di pulau ini juga sudah mulai dimulai. Kami semua berkumpul di dermaga dan siap  pergi ke pulau Cidaon untuk melihat Banteng. Setelah perahu merapat di dermaga Cidaon, kami berjalan ke padang rumput untuk melihat Banteng. Dalam perjalanan ini kami di temani oleh seorang polisi hutan yang menjelaskan mengenai keadaan sekitar.

Kurang lebih 30 menit kami menunggu Banteng keluar tetapi tidak ada tanda-tanda Banteng akan muncul. Sesudah itu kamipun melanjutkan perjalanan ke pulau Layar. Di pulau ini kami akan melakukan trekking dan juga melihat runtuhan mercu suar pada jaman Belanda. Bapak Bani yang menemani trekking menjelaskan mengenai sejarah pulau ini dan juga beberapa pohon yang berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Perjalanan selama satu jam ini begitu cepat ketika kami sampai di pulau Layar. Dari atas bukit kami dapat melihat indahnya laut yang merupakan batas ujung antara pulau Jawa dan pulau Sumatera.

Kami harus kembali ke pulau Peucang untuk makan pagi dan check out dari penginapan. Di dermaga Taman Nasional Ujung Kulon kami banyak temui juga beberapa orang yang sedang berkemah. Suasana menjadi sedikit ramai ketika kami bertemu dengan mereka. Tepat jam 11 siang kami sampai di pulau Peucang dan melanjutkan perjalanan kembali ke Sumur. Sebelum sampai di Sumur kami sempat dua kali snorkeling yaitu di pulau Citerjun dan pulau Bedul, dua pulau kecil yang begitu indah.

Akhirnya perjalanan tiga hari ini harus berakhir dan kami harus kembali ke Jakarta. Perjalanan yang sangat membekas di hati saya karena semuanya berjalan dengan lancar. Dari semua keindahan yang dapat kami nikmati sayang sekali bahwa masih banyak sampah yang kami temui di semua pulau. Alangkah indahnya jika pulau yang indah ini kita jaga dan rawat dengan baik. Semoga para pelancong dapat saling mengingatkan akan hal ini. Kami juga sempatkan untuk mampir ke warung penjual otak-otak sebagai oleh-oleh perjalanan ke Taman Nasional Ujung Kulon.

Photo-photo dapat diunduh difacebook: http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10152758419565287.1073741826.764860286&type=1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline