Minggu lalu seorang teman dari Indonesia yang baru kembali dari Amerika Serikat dan transit di Korea Selatan mengunjungi saya di Kota Daejeon dan berkata saya sedikit ‘iri’ dengan Korea karena Korea Tourism Organization (KTO), lembaga yang mengurusi pariwisata Korea menargetkan angka kunjungan wisata ke Korea tahun ini sekitar 12 juta. Angka ini lebih besar dari target jumlah wisatawan yang mengunjungi Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebesar 9.2-9.5 juta pada tahun ini.
[caption id="attachment_330829" align="aligncenter" width="582" caption="Musim Semi di Jalan Yeouido, Seoul, Korea Selatan "][/caption]
Saya dapat merasakan kegundahan hati teman saya tersebut. Saya menjelaskan kepadanya bahwa Korea bisa melakukan ini karena promosi yang efektif ditunjang dengan kerja sama semua pihak dari hulu ke hilir yang sangat rapi. Selain itu, infrastruktur yang bagus yang membuat jumlah wisatawan tertarik datang ke Korea. Wilayah Korea yang lebih kecil dari pulau Jawa Indonesia ini dapat ditempuh hanya selama enam jam dengan kereta api cepat KTX. Belum lagi bis dan subway yang terintegrasi dengan sangat baik. Saya pernah menulis bagaimana saya berkunjung di Krakatau. Semuanya sempurna hanya karena infrastruktur yang tidak baik saya perlu berjam-jam untuk sampai ke sana.
Pada akhir minggu lalu saya pun sempat “terhenyak” setelah berkunjung ke Yeouido Cherry Blossom Festival 2014. Festival ini merupakan festival Cherry Blossom tahunan terbesar yang diselenggarakan pada musim semi di Kota Seoul. Tahun ini menjadi tahun ke-10 mereka mengelar ajang ini. Yeouido Cherry Blossom Festival 2014 berlangsung dari tanggal 3-13 April 2014. Bungga Cherry mekar seminggu lebih awal dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Perubahan cuaca memang tidak bisa diperkirakan saat ini karena isu pemanasan global.
[caption id="attachment_330831" align="aligncenter" width="608" caption="Yeouido Cherry Blossom Festival 2014 "]
[/caption]
Saya sempatkan untuk pergi ke Yeouido pada pagi hari sekitar jam tujuh pagi. Alasannya karena tidak akan banyak orang pada saat itu dan saya bisa leluasa mengambil foto. Lokasi Yeouido sangat mudah dicapai dengan bis atau subway. Anda bisa langsung turun di stasiun Yeouido dan berjalan kaki kurang lebih sekitar 500 meter dari tempat festival. Suasana pada minggu pagi tersebut sangat segar. Walaupun langit masih gelap saya sudah harus naik subway pertama dari tempat di mana saya tinggal.
Subway di Seoul beroperasi dari pukul 05:30 pagi sampai pukul 12:00 malam. Di dalam kereta api tersebut banyak sekali saya jumpai orang-orang Korea dengan tas rangsel dan pakaian gunung. Orang Korea memang suka sekali mencintai alam terutama gunung. Alam sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Udara masih gelap ketika saya sampai di pintu luar stasiun Yeoudio. Saya sempatkan untuk makan Ramyun atau mie rebus Korea di sebuah warung yang sudah buka.
Suasana seperti ini mengingatkan saya akan Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Setiap minggu pagi biasanya saya berolahraga tennis di daerah Kuningan yang masih banyak saya jumpai pohon-pohon hijau. Sesudah makan saya melanjutkan berjalan kaki ke jalan Yeouido. Udara pagi yang segar dengan semilir angin yang bertiup dengan pelan membuat suasana menjadi sangat mengasyikkan. Di sepanjang jalan gedung-gedung pencakar langit berjejer dengan rapi. Kota Seoul dengan penduduk sekitar delapan belas juta jiwa memang menawarkan banyak pesona.
[caption id="attachment_330853" align="aligncenter" width="560" caption="Menyambut Pagi Hari di Yeouido "]
[/caption]
Di depan gedung-gedung tersebut banyak saya jumpai pot-pot tanaman yang ditanami bungga-bungga musim semi seperti tulip, royal azalea, mawar, dan lain-lain. Saya terus membayangkan Jakarta, andaikan jalan-jalan di tengah kota Jakarta ditanami bunga-bunga khas Indonesia yang sangat beragam pasti Jakarta akan lebih indah. Sinar matahari perlahan mulai muncul dan udara menjadi sedikit hangat. Udara pada saat itu sekitar 10 derajat celcius.
Saya sedikit terkejut ketika memasuki jalan Yeouido. Ternyata sudah banyak orang di sana terutama wisatawan asing. Pada umumnya mereka datang untuk memotret. Sedangkan masyarakat Korea datang untuk berolahraga. Niatan saya untuk memotret pagi hari tersebut ‘gagal’. Walaupun demikian saya tidak menyesal datang pagi hari ke tempat tersebut karena bisa mengamati langsung suasana pagi hari di kota Seoul. Di kanan jalan Yeouido, kita dapat melihat sungai Han dengan jembatan yang megah yang membelah kota Seoul.
Jalan di sepanjang Yeouido dipenuhi pohon Cherry yang berjajar dengan rapi. Tidak ada informasi resmi kapan pohon-pohon ini ditanam. Jumlahnya ratusan dan memanjang kurang lebih sekitar 2 km. Saya mulai menyusuri jalan Yeouido dan mengamati sebagian besar orang di sekeliling saya. Banyak sekali pasangan yang saya jumpai. Mereka kelihatan sangat bergembira dan memotret ‘selfie’. Saya jadi ingat teman saya yang selalu memberikan nasehat untuk datang dengan pacar ketika menikmati Cherry Blossom. Suasana tersebut memang sangat romantis.
[caption id="attachment_330832" align="aligncenter" width="616" caption="Yeouido di Pagi Hari "]
[/caption]
Sesudah berjalan menyusuri jalan Yeouido selama kurang lebih satu jam saya melanjutkan perjalanan ke stasiun Seoul untuk bertemu dengan beberapa mahasiswa Indonesia di kampus saya, SolBridge International School of Business, Daejeon untuk pergi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk pemilu dengan memilih calon anggota legislatif yang berlangsung pada hari Minggu, 6 April 2014. Namun demikian saya berjanji akan kembali pada sore hari bersama mereka.
Saya dan beberapa mahasiswa Indonesia tidak menghabiskan waktu yang lama di KBRI. Kami pun sepakat untuk berkunjung ke Yeouido. Subway yang kami tumpangi ke Yeouido sangat penuh. Namun demikian semua orang dengan tertib mengantri. Sudut-sudut di dalam stasiun juga sangat bersih. Masyarakat Korea mempunyai kesadaran tinggi untuk menjaga kebersihan. Di sinilah kita bisa melihat bahwa infrastruktur dan kebersihan sangat penting untuk menunjang pariwisata.
Semua orang mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin menghabiskan liburan akhir minggu ke Yeouido. Bungga-bungga Cherry hanya mekar selama satu minggu. Udara benar-benar sangat bagus pada hari minggu tersebut sehingga mereka ingin menghabiskan di luar rumah. Sesampainya di National Assembly tempat menuju Yeouido terdapat lapangan yang sangat indah. Tempat ini adalah kantor dimana anggota legislatif Korea berkantor. Yang paling mengejutkan adalah ratusan orang sudah berada di sana. Mereka bukan mau “berunjuk rasa” tetapi mereka berjemur menikmati sinar matahari di musim semi yang membuat Korea menjadi sedikit hangat.
[caption id="attachment_330839" align="aligncenter" width="640" caption="Suasana Kota Seoul di depan National Assembly"]
[/caption]
Akhirnya kami semua sampai di tempat festival diadakan. Sekali lagi saya terkejut dengan banyaknya orang yang sudah berada di sana, lebih banyak dari pada pagi hari. Lautan orang terlihat asyik menikmati suasana sore tersebut. Mereka tidak hanya datang dengan pasangannya tetapi juga keluarga mereka. Musim semi benar-benar ‘menghipnotis’ masyarakat Korea. Di sepanjang jalan juga banyak kami temui para seniman khususnya para pelukis. Pengunjung dapat meminta mereka melukis dengan latar belakang Cherry Blossom.
Di sinilah kemudian saya membayangkan kembali Indonesia. Jujur saja saya kagum tidak hanya dengan keindahan Cherry Blossom tetapi juga panitia penyelenggara kegiatan ini. Acara gratis ini dapat menyedot banyak wisatawan lokal tetapi juga wisatawan asing. Indonesia dengan segudang keindahan alamnya mengapa masih kalah dengan Korea. Target jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia harusnya lebih banyak dari Korea Selatan. Mungkin ada benarnya juga kalau sebagian orang mempunyai pandangan bahwa kita kurang serius menggarap potensi wisata lokal kita.
Wisata lokal Indonesia tidak akan kalah menarik dengan wisata di negara lain jika kita punya promosi yang bagus, infrastruktur yang rapi, serta juga kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan keamanan. Sektor ini bisa menjadi andalan Indonesia dan tentunya akan banyak membuka lapangan kerja bagi generasi muda. Akhirnya ekonomi dan kesejahteraan akan meningkat. Ini adalah pekerjaan rumah bagi pemimpin yang nantinya akan terpilih. Namun demikian tidak ada salahnya kesadaran kita mulai dari kita sendiri.
[caption id="attachment_330854" align="aligncenter" width="491" caption="Make a Wish "]
[/caption]