[caption id="attachment_346890" align="aligncenter" width="560" caption="Suasa Sholat Tarawih di Musholla An-Noor, Daejeon "][/caption]
Sudah seminggu ini, saya banyak menghabiskan waktu di Musholla An-Noor, Daejeon, Korea Selatan. Hal ini tidak lain karena bulan Ramadan dimana saya ingin lebih dekat denganNYA. Ramadan di Korea Selatan kali ini jatuh pada musim panas yang berarti bahwa waktu puasa lebih lama dimulai dari jam 03:30 sampai jam 20:00. (sekitar 16 jam). Bagi umat Islam yang tinggal di Korea, tidaklah mudah untuk mengerjakan puasa di sini. Selain waktu yang lebih lama, tidak banyak orang yang berpuasa.
Saat ini diperkirakan bahwa kurang dari 1% dari total penduduk Korea yang beragama Islam. Mereka umumnya adalah warga negara asing yang berasal dari Timur Tengah, Indonesia, Pakistan dan juga Afrika. Walaupun tidak banyak jumlahnya, Islam mulai berkembang di Korea Selatan. Khusus untuk Indonesia, saat ini sudah ada kurang lebih 32 musholla yang tersebar di seluruh Korea. Angka ini naik secara signifikan.
Yang menarik hampir sebagian besar musholla-musholla ini didirikan oleh warga negara Indonesia. Mereka tergabung dalam Komunitas Muslim Indonesia (KMI). Selain musholla ada juga masjid atau Islamic Center di kota-kota besar di Korea seperti Seoul, Busan, Incheon, Daegu, dan Daejeon. Dalam beberapa tahun ini memang saya merasa lebih mudah untuk menjalankan ibadah di Korea. Mungkin hanya ‘makanan’ halal saja yang masih sedikit saya jumpai di Korea Selatan.
Ada beberapa alasan mengapa jumlah umat Islam naik di Korea Selatan. Pertama karena Korea semakin membuka diri untuk warga negara asing. Sedangkan untuk Indonesia, saya bisa melihat hubungan yang semakin baik antara Korea dan Indonesia. Hal ini membuat makin banyak orang Indonesia yang datang ke Korea. Mereka tidak hanya datang sebagai turis tetapi juga bekerja di Korea Selatan.
Saat ini ada kurang lebih 40,000 ribu warga negara Indonesia yang tinggal di Korea. Umumnya mereka adalah para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di berbagai sektor industri di Korea. Kebanyakan para pekerja ini tinggal di kota Ansan, Daegu, dan Busan. Untuk dapat bekerja di Korea mereka harus menjalani berbagai macam tes termasuk bahasa Korea sebelum datang ke Korea.
Suasana di Musholla An-Noor dalam seminggu ini juga sedikit berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Walaupun musholla ini selalu didatangi jamaah tetapi dalam bulan ini jumlah jamaah yang hadir semakin meningkat. Setiap kali berkunjung ke musholla ini saya selalu teringat akan bagaimana teman-teman ini berjuang untuk membuat musholla ini. Tidak ada yang mudah, semuanya perlu kerja keras dan koordinasi yang bagus. Saat ini teman-teman ini sedang mengumpulkan dana untuk membeli tempat ini dan dijadikan sebagai masjid permanen di kota Daejeon.
Jujur saja saya sangat kagum dengan semangat teman-teman ini. Anda bisa membayangkan mereka bekerja dari jam 7 pagi dan selesai sampai jam 7 malam. Kadang mereka juga harus lembur. Sesudah itu mereka pergi ke musholla untuk berbuka puasa. Beberapa dari mereka juga memasak untuk jamaah yang hadir pada hari tersebut. Kemudian mereka mengerjakan sholat tarawih berjamaah sampai selesai jam 11 malam. Mereka kemudian tidur dan harus bangun jam dua pagi untuk sahur.
Tidak ada seorang yang mengeluh dengan keadaan ini, tetapi mereka merasa senang karena bulan Ramadan hanya sekali dalam setahun. Banyak dari mereka mengatakan bahwa bulan Ramadan juga meningkatkan hubungan yang lebih baik antar jamaah. Sesudah selesai sholat mereka dapat mengobrol mengenai banyak hal termasuk kondisi yang paling hangat di tanah air. Hal seperti inilah yang selalu membuat kita saling mendukung satu sama lainnya. Dalam diskusi kadang-kadang kita juga beradu pendapat tetapi itu adalah wajar sejauh kita tidak ‘menyerang’ orang lain.
Seperti pagi ini jamaah masih ramai memadati Musholla An-Noor untuk menjalankan sholat shubuh berjamaah. Berteman dengan para jamaah ini tidak hanya membuat saya dekat denganNYA tetapi juga membuat saya belajar banyak mengenai arti kehidupan. Bekerja dan hidup di Korea tidak semudah dan seenak yang dibayangkan. Kita semua harus bekerja keras karena persaingan yang keras.
Selain itu para jamaah ini tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tetapi juga memikirkan keluarga di tanah air. Ramadan masih sekitar 22 hari lagi tetapi semangat ‘mereka’ yang tidak mengenal lelah seakan menjadikan motivasi kepada siapa saja untuk terus mengerjakan ibadah ini sampai selesai.
(Daejeon, 8 Juli 2014, FB Travel with Ony Jamhari).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H