Lihat ke Halaman Asli

Ony Jamhari

TERVERIFIKASI

Guru Menulis: Tidak Hanya Sekedar Mengejar “KPI”

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Menulis itu susah, perlu waktu, dan juga kita tidak tahu penghargaan apa yang akan kita peroleh” pendapat beberapa teman ketika saya mengajak mereka untuk mulai menulis.

Motivasi menulis pertama kali datang dari guru bahasa Indonesia saya Bapak St. Kartono di SMA Kolese De Britto, Yogyakarta. Kelas bahasa Indonesia yang beliau ajar tidak pernah membosankan bagi saya. Sebagai seorang pengajar bahasa Indonesia beliau melakukan pendekatan pengajaran yang inovatif seperti memberikan kuis EYD sebelum pelajaran dimulai. Dalam beberapa kesempatan beliau juga menunjukkan tulisan-tulisan yang sudah diterbitkannya di beberapa media di Indonesia.

Beliau juga memotivasi siswanya dengan memberikan nilai lebih apabila tulisan kita dapat diterbitkan di media apapun di Indonesia. Saya pun kemudian tertarik untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menulis di sekolah. Melalui proses belajar dengan guru dan teman-teman akhirnya tulisan pertama saya dapat terbit di kolom ‘Siswa Bicara’ harian Bernas, Yogyakarta pada tahun 1994. Koran ini mempunyai lembar khusus GEMA bagi siswa di sekolah mana saja yang tertarik menulis artikel.

Betapa senang dan bangganya saya ketika itu. Karena tulisan itu saya mendapat hadiah berupa ikat pinggang dari sponsor di harian tersebut. Sesudah selesai SMA, hobi menulis pun berlanjut. Saya mulai berani mengirim artikel ke beberapa media dan juga mengikuti beberapa kejuaran menulis baik tingkat nasional maupun internasional. Walaupun saya tidak pernah menjadi pemenang saat itu tetapi saya sangat senang karena lewat tulisan saya bisa belajar hal baru.

Salah satu lomba yang masih membekas diingatan saya adalah lomba esai tentang Korea yang diadakan oleh Kedutaan Besar Korea pada tahun 1998. Kala itu saya menulis tentang Prospek Hubungan Indonesia dan Korea karena ingin tahu lebih banyak tentang negeri Ginseng dan pergi ke sana. Enam belas tahun berlalu dengan cepat dan tidak terasa bahwa sekarang saya bekerja menjadi guru Bahasa Indonesia di Universitas Woosong, Daejeon, Korea Selatan. Akhirnya salah satu mimpi saya untuk pergi ke Korea kala itu dapat terwujud.

Jika Anda bekerja sebagai pengajar di universitas, menulis adalah keharusan. Salah satu Key Performance Indicator (KPI) – indikator kinerja kita dilihat dari jumlah tulisan yang dapat kita tulis dan terbitkan. Mau tidak mau kita dituntut untuk menulis. Jika kita tidak memenuhi hal tersebut maka siap-siap saja kita kehilangan pekerjaan. Namun demikian, bagi saya sendiri menulis tidak hanya karena tuntutan mengejar KPI yang bagus tetapi ada beberapa hal yang lebih penting.

Menulis adalah Proses Penelitian Tidak Langsung

Saat ini sebagai seorang guru kita tidak hanya dituntut untuk dapat mengajarkan mata pelajaran yang baik kepada siswa didik kita. Kita juga harus dituntut untuk melakukan penelitian. Penelitian di sini tidak harus “ilmiah”. Tetapi kita bisa melakukan penelitian yang sederhana dengan mengamati sesuatu di sekitar kita kemudian menulisnya. Di sinilah saya melihat bahwa kita sudah melakukan sebuah proses dari penelitian yaitu pengamatan dan kemudian menulisnya. Jika hal ini dilakukan dengan terus menerus maka kita akan dapat membuat penelitian yang bagus.

Menulis Melatih Bepikir Kreatif dan Inovatif

Dengan menulis, otak kita akan terus bekerja. Sebagai seorang guru kita dituntut untuk terus menuangkan ide atau gagasan secara kreatif dan inovatif. Proses ini harus dibangun karena tidak muncul secara tiba-tiba. Saat ini anak didik kita sudah sangat pintar-pintar. Mereka bukan hanya menjadi pendengar yang pasif di kelas tetapi mereka tidak segan-segan bertanya secara kritis. Dengan menulis maka kita akan dapat mengasah kemampuan kita untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif.

Menulis Membantu Pengembangan Diri Guru

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline