Lihat ke Halaman Asli

Ony Jamhari

TERVERIFIKASI

Voluntourism: Belajar dari Korea Selatan

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419399807379660151

Pada tahun 2010 saya menjadi salah satu panelis dalam konferensi tahunan CISAK – PERPIKA (Perkumpulan Pelajar Indonesia di Korea Selatan). Tema yang diusung kala itu adalah “Membangun Indonesia: Pulang ke Indonesia atau Tinggal di Korea Selatan”.

[caption id="attachment_385592" align="aligncenter" width="630" caption="Berkunjung ke Candi Borobudur dengan Mahasiswa Korea "][/caption]

Empat tahun berlalu dengan cepat dan tidak terasa bahwa saya memilih untuk tetap tinggal di Korea dan tidak pulang ke Indonesia. Ada banyak alasan mengapa saya akhirnya memutuskan untuk tinggal. Salah satunya adalah saya diberikan kesempatan untuk mengembangkan semua potensi saya di tempat kerja. Selain itu membangun Indonesia tidak harus ketika kita berada di Indonesia tetapi juga bisa dilakukan dari luar Indonesia.

Mempromosikan Indonesia ke dunia internasional adalah salah satu passion dalam hidup saya. Kalau ada hal yang ingin saya lakukan dikemudian hari adalah mengelilingi Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Hal ini tidak lain karena saya akan lebih mengenal Indonesia dan dapat menceritakan tentang Indonesia kepada siapa saja. Sebelum saya pindah di Korea pada tahun 2009 saya sempat berkunjung ke lima pulau besar di Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua).

Walaupun tidak semua kota di pulau-pulau tersebut saya kunjungi tetapi saya mulai ‘percaya diri’ untuk berbicara mengenai Indonesia di Korea Selatan. Memang ada bedanya ketika kita pernah berkunjung ke suatu tempat dengan hanya membaca atau menonton lewat televisi saja. Keindahan dan kebesaran Indonesia juga akan dapat kita rasakan ketika kita dapat membandingkan dengan negara lain. Dalam hal ini saya selalu membandingkan dengan Korea Selatan.

Empat tahun tinggal di Korea selain bekerja saya gunakan untuk belajar bagaimana Korea berhasil dalam membangun negaranya termasuk industri pariwisatanya. Saya juga aktif di beberapa kegiatan sukarelawan untuk mengenalkan Indonesia baik di kampus maupun di luar kampus. Luas wilayah Korea Selatan sangat kecil, bahkan lebih kecil dari luas pulau Jawa. Dalam waktu enam jam kita sudah bisa berkunjung ke seluruh kota besar di Korea Selatan.

Memang sungguh LUAR BIASA. Salah satu kunci sukses kemajuan Korea adalah membangun infrastrukturnya. Jalan yang bagus, transportasi yang mudah, dan kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan dan keamanan menjadi hal yang dapat kita rasakan setiap kali kita berkunjung ke tempat-tempat wisata di Korea Selatan. Promosi melalui berbagai cara seperti media film juga menjadi salah satu kesuksesan Korea dalam mempromosikan pariwisatanya. Salah satunya adalah Pulau Nami.

Setiap tahun kebetulan ada kurang lebih 200 mahasiswa dari Indonesia yang datang ke kampus saya untuk mengikuti program pendek (Immersion Program). Mereka belajar tentang budaya dan bisnis Korea. Di situlah biasanya saya akan mengenalkan kehebatan Korea kepada siswa-siswa Indonesia. Harapannya mereka bisa berbagi dan meniru hal yang baik dari Korea Selatan kepada teman-teman di Indonesia setelah selesai mengikuti program.

Pariwisata Indonesia harusnya bisa mengalahkan Korea Selatan. Hal ini tidak lain karena kita punya potensi wisata yang lebih banyak. Hanya sangat disayangkan bahwa sampai saat ini kita masih kalah dengan Korea Selatan. Kita bisa melihat jumlah wisatawan asing yang datang ke Korea Selatan pada tahun 2013 (lebih dari 12 juta – sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_South_Korea). Angka ini lebih banyak dari pada wisatawan asing yang datang ke Indonesia yang jumlahnya mencapai 9 juta per tahun. (Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Tourism_in_Indonesia).

Belajar dari kesuksesan Korea, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenalkan Indonesia ke dunia luar. Berikut adalah beberapa program yang bisa dipikirkan oleh pembuat kebijakan khususnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

(1)Mendirikan Badan Parisiwata Indonesia di Luar Negeri

Korea Selatan sukses sekali dengan Korea Tourism Organization (KTO). Bahkan KTO mempunyai cabang di Indonesia. Mereka secara aktif menyelenggarakan kegiatan untuk mempromosikan pariwisata Korea di Indonesia. Saat ini Indonesia mempunyai Wonderful Indonesia dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatiftetapi saya tidak yakin apakah Wonderful Indonesia mempunyai kantor cabang di luar negeri.

Kantor dalam hal ini adalah benar-benar sebuah bangunan permanen yang ada staf yang bekerja di dalamnya dan siap membantu pertanyaan jika kita memerlukannya. Kita tidak bisa pungkiri bahwa Kedutaan Besar Indonesia di Korea Selatan sudah bekerja maksimal untuk mempromosikan Indonesia tetapi akan lebih baik jika organisasi seperti Wonderful Indonesia bisa berdiri sendiri dan mempunyai kantor di Korea Selatan.

Pemerintah Indonesia tidak perlu untuk membuat kantor Wonderful Indonesia di banyak negara. Dengan berdasarkan data angka wisatawan dari suatu negara yang datang ke Indonesia kita dapat memutuskan apakah kita perlu untuk membuat kantor tersebut atau tidak. Untuk Korea sendiri saya pikir perlu karena jumlah turis yang datang ke Indonesia cukup banyak. Kantor Wonderful Indonesia juga harus mempromosikan Indonesia melalui sosial media dalam bahasa setempat. Hal ini akan memudahkan masyarakat Korea untuk lebih mengetahui tentang Indonesia.

(2)Pengiriman Dosen Kuliner ke Kampus-Kampus di Luar Negeri

Pariwisata Indonesia tidak hanya tempat pariwisata tetapi juga tentang kuliner Indonesia. Berbicara mengenai kuliner Indonesia rasanya kita tertinggal jauh dari Thailand dan bahkan Viet Nam untuk wilayah ASEAN. Bagaimana mungkin di negara Korea ini saya tidak dapat menemukan ‘restauran’ Indonesia yang dapat mempresentasikan kekayaan kuliner Indonesia. Warung Indonesia di Korea banyak tetapi ‘restauran’ tidak ada. Kadang-kadang saya harus membawa kolega saya ke restauran Malaysia jika mereka ingin tahu makanan Indonesia.

Tiga bulan lalu saya mengundang dua pengajar dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bali – Nusa Dua untuk mengenalkan makanan Indonesia di kampus saya. Mahasiswa kami sangat terkejut ketika mengetahui banyak sekali sambal di Indonesia. Sambal Indonesia ibarat Kimchi di sini yang jumlahnya juga sangat beraneka ragam. Wonderful Indonesia harus dapat memetakan sekolah-sekolah pariwisata atau Culinary Arts untuk mengirim dosen-dosen mereka mengajar di universitas di luar negeri.

Kebetulan di kampus saya ada jurusan Culinary Arts dan ada salah satu mata kuliah Asian Cuisine. Mata kuliah ini harusnya bisa diajar oleh orang Indonesia, bukan orang Malaysia atau Singapura. Selain harus dapat memetakan sekolah, Wonderful Indonesia juga harus bekerja sama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Indonesia untuk mengetahui sekolah mana di luar negeri yang perlu kita dekati.

(3)Mengoptimalkan Kerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia

Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengomptimalkan kerja “Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia” di Korea. Minggu lalu saya kedatangan perwakilan dari MIDA (Malaysian Development Investment Authority) di kampus. Saya sangat ‘curious’ mengapa mereka datang ke kampus dan ingin melakukan presentasi di kampus. MIDA sepertinya dapat membaca dengan baik mengenai kampus-kampus di Korea yang internasional. Harapannya mereka bisa meyakinkan pihak kampus di Korea Selatan untuk membuka kampus baru di Malaysia.

Selain presentasi mengenai kampus MIDA juga menyelipkan presentasi mengenai pariwisata Malaysia. Sekali lagi rasanya kita ketinggalan jauh dengan Malaysia dalam menarik investasi dan mengenalkan pariwisata Indonesia di dunia luar khususnya Korea Selatan. Sekarang saya lebih paham mengapa industri pariwisata Malaysia berkembang dengan baik khususnya dalam menarik wisatawan. Semua badan-badan di bawah pemerintah secara proaktif dan bekerja sama mempromosikan Malaysia.

Hal yang lebih menajubkan adalah mereka tahu pihak mana yang harus dikunjungi untuk diberikan penjelasan. Saya yakin mereka sudah melakukan penelitian sebelumnya. Harusnya kunjungan-kunjungan badan promosi pariwisata Indonesia ke luar negeri atau pejabat Indonesia di luar negeri juga menyempatkan untuk berkunjung ke sekolah atau kampus-kampus yang mempunyai ‘interest’ dengan Indonesia.

(4)Menunjuk Guru Bahasa Indonesia di Luar Negeri sebagai “Duta Besar Pariwisata”

Hal lain yang bisa dilakukan adalah memberdayakan pengajar bahasa Indonesia di luar negeri. Saya sangat gembira sekali bahwa sekarang ini sudah ada banyak guru dari Indonesia yang dikirim ke luar negeri. Guru-guru Indonesia ini akan menjadi ujung tombak dalam mengenalkan Indonesia tidak hanya bahasa tetapi juga pariwisata Indonesia. Ada banyak alasan mengapa orang belajar bahasa Indonesia di luar negeri seperti karena pekerjaan, karena ingin pergi ke Indonesia, dan lain-lain.

Setiap tahunnya Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APBIPA) mengadakan kongres/konferensi di Indonesia. Pengajar-pengajar bahasa Indonesia dari Indonesia dan luar negeri akan datang dalam acara ini. Wonderful Indonesia bisa memanfaatkan acara ini untuk mengetahui potensi apa yang dapat dilakukan untuk mengenalkan pariwisata Indonesia ke dunia internasional dari mereka. Para pengajar ini adalah orang yang langsung berhubungan dengan orang yang tertarik dengan Indonesia.

Akhirnya tidak hanya pembuat kebijakan saja yang perlu membantu dalam memajukan pariwisata Indonesia tetapi juga kita sendiri. Peran kita yang aktif lewat berbagai kegiatan pariwisata dan juga sikap kita sendiri seperti menjaga kebersihan dan keamanan adalah beberapa hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu pariwisata Indonesia untuk menjadi lebih maju.

Selamat liburan teman-teman semua. Stay active, positive, and productive.

(Daejeon, 24 Desember 2014, FB Page Travel with Ony Jamhari)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline