Lihat ke Halaman Asli

Mengeja Mimpi di PBSI

Diperbarui: 23 Juni 2022   05:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian Alumni PBSI Undana. Dokpri

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) merupakan salah satu program studi unggul di Universitas Nusa Cendana Kupang. 

Pada bulan yang tidak bisa disebutkan, langkah awal pun di mulai ketika saya dan teman-teman berpijak masuk dan lulus di prodi tercinta ini. Pada langkah itu, tidak terbayangkan menjadi seorang mahasiswa di program studi ini. Tentu belum mengenal situasi kampus dan belum tahu alur perjalan menjadi seorang mahasiswa. 

Hari-hari dihabiskan hanya untuk mengenal satu sama lain, dan itu masih dalam proses masa bimbingan mahasiswa baru. Lulus dan menjadi seorang mahasiswa, tentu harapan semua orang yang ingin melanjutkan proses pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 

Dan saat itu harapan pun tercapai ketika dinobatkan menjadi seorang mahasiswa di PBSI, yang mungkin banyak yang merasa sedih ketika tidak lulus di program studi ini. Empat tahun lalu mempunyai banyak cerita yang kian berlalu namun masih menyentuh di halaman-halaman kertas yang tumpuk menjadi buku. 

PBSI mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dimulai dari ilmu pengetahuan sampai pada rumah yang menghidupkan. Tentu pada saat itu saya dan teman-teman angkatan 2018 mengenyam pendidikan di prodi tercinta ini dengan penuh rasa senang, bahagia, dan sumringah.

Mimpi awal pun tumbuh dengan sendirinya ketika sudah melewati masa bimbingan mahasiswa baru, semuanya seakaan memanggil keinginan dan serasa mengasa perjuangan. Dengan diberi nama kertas 18 pada angkatan 2018 oleh Cerpen 16 (angkatan 2016), maka perjuangan pun dimulai. 

Terima kasih dan tulus kami untuk Komunitas Geger, Cerpen 16,Sehati 14, Cikar 12, Terap 10, atas segala kebaikan, canda dan tawa di rumah kita PBSI. Realita saat itu menjadi pelita saat ini. Banyak rindu yang tidak bisa diukur, banyak sayang yang malang dan semuanya itu sudah membekas.

Semester awal kami lalui dengan mimpi. Sebagai perjuangan awal, kami melewati jembatan yang matang dengan belajar dari pengalaman, pengetahuan dan doa. 

PBSI menyimpan banyak kenangan untuk dikenang. Ketika bapak dan ibu dosen mengajarkan tentang mencintai perjuangan dengan sepenuh hati, maka di saat itu kami belajar mengeja estetika di bengkel sastra. 

Ketika teman-teman seperjuangan memberi makna tentang pertemuan, maka di saat itu kami mengartikan Sajak Pertemuan Mahasiswa (W.S Rendra), sambil berjalan menghabiskan waktu di ruang tunggu. Ketika semuanya mulai dan beberapa yang lainnya sampai pada titik akhir di bulan juni, maka Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono)menghapus air mata di sudut ruang kelas pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline