Lihat ke Halaman Asli

Semester Akhir dan Syair di Atas Pasir

Diperbarui: 4 Oktober 2021   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri.Onsign

Bayangkan, saya tidak punya waktu yang banyak untuk berjuang dengan sebuah kata tuntas. Saya tidak punya prestasi apalagi berdiri di atas ribuan kepala dengan menggenakan kata pantas.

Semuanya dalam riwayat dan selalu tertuju pada kata gawat. 

Mengapa jalan yang dilihat luas bisa mengecilkan pori-pori kehidupan yang seakan semakin melangkah, semakin tak punya arah?

Mengapa banyak orang punya kepastian dan saya sibuk merakit harapan?

Mengapa banyak orang punya segalanya dan saya sibuk memikirkan hal yang tidak ada jiwanya?

Sampai pada hari ini saya tidak tahu, mengapa saya lebih memilih berbalik arah di saat yang lain berdiri sibuk merakit denah?

Apakah saya memang tidak pandai sehingga saya terlarut dalam kata andai?

Apakah memang saya kurang gizi sehingga harus mencari banyak nutrisi?

Episode terus berlanjut

Saya selalu terlambat dalam larut

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline