Waktu untuk berkumpul dengan teman selalu ada moment spesial. Meski terkadang hanya sebuah pertemuan tak sengaja atau memang di rencanakan terlebih dahulu. Seperti halnya moment munggahan (jawa) atau megang (sumatera), sebuah pertemuan di waktu menjelang berpuasa di bulan Ramadhan bagi umat Islam.
Bersama Komunitas Kompasianer Tangerang Selatan Plus (Ketapels) acara munggahan terlaksana di Cafe Ludens yang berada di daerah Gading Serpong dan dihadiri 11 orang anggota Ketapels.
Ada Ketua Ketapels sekaligus inisiator tempat pertemuan Dzulfikaralala, Mantan Ketua Ketapels Rifki, Sutiono, Ngesti, May Agatha, Arum, Keluarga Uli Hape dan Yusef, Alia, Tuty dan saya Ono. Senangnya bisa berkumpul bersama menjelang memasuki bulan puasa tahun ini.
Momen untuk saling meminta maaf atas segala perbuatan, sebagai bentuk rasa syukur memasuki bulan Ramadhan yang bagi umat Islam bulan penggemblengan mental. Agar kelak menjadi manusia yang lebih baik lagi setelah berpuasa sebulan penuh.
Meminta maaf dan saling memaafkan yang terucapkan akan memberi arti untuk menjaga ruang kebersamaan. Namun pertemuan Ketapels kali ini juga tidak hanya soal saling bermaafan. Ada sharing soal enterpreneur dari pemilik Ludens Cafe. Dengan begitu munggahannya Ketapels kali ini menjadi manfaat yang berbilang.
Sharing soal enterpreneur oleh para pemilik Cafe Ludens ini menjadi tambahan ilmu sekaligus inspirasi bagi saya pribadi. Sebab menyoal enterpreneur adalah soal bagaimana ilmu berwirausaha yang sedang saya geluti saat ini mendapat pencerahan selalu.
Seorang blogger juga adalah seorang enterpreneur yekan, hanya berbeda bidang dengan orang yang berwirausaha di bidang kuliner. Meski begitu tak luput jua saling menjalin huhungan mutualisme untuk saling mendukung dengan berkolaborasi.
Menyoal kolaborasi, Ludens Cafe ternyata juga berdiri karena sebuah kolaborasi dari tiga orang yang sebelumnya bergelut dalam bidang yang sama yaitu pengajar. Wah jauh banget ya latar belakangnya dari pengajar ke pemilik usaha Cafe.
Hal ini sangat mungkin terjadi, sebab enterpreneur sendiri tak memberi batasan latar belakang seseorang untuk menjadi wirausahawan yekan. Namun begitu ada rentetan ceritanya hingga mereka berkumpul membangun Ludens Cafe.
Maryono adalah orang pertama yang menjalankan usaha kuliner dari pendiri Ludens Cafe. Ia menceritakan awal mula sebagai pemilik usaha cafe sebagai bentuk wujud keinginan untuk mengambil jalan kebebasan tanpa presure rutinitas pekerjaan sebagai karyawan. Sebelum dirinya menjadi pengajar dan bertemu dua orang lain dalam cita-cita Ludens Cafenya. Lalu ia memulai dengan membuka usaha Ayam Panggang Klaten.
Setelah berjalan kemudian kehadiran teman-teman sesama pengajarnya menjadikan intensitas pertemuan semakin sering dan memunculkan ide untuk membuat Ludens Cafe. Sebuah kolaborasi usaha kuliner Cafe, Bars dan Distro. Ide itu pun sekarang berjalan meski belum seutuhnya jadi Ludens Cafe berjalan seiring seirama pertumbuhannya. Kehadiran Ketapels hari itu merupakan sebuah langkah soft opening sambil bergerak membangun Cafe Ludens.
Seiring berjalan Ludens Cafe akan membentuk dirinya sendiri. Perlahan namun pasti. Ditambah Bayu sebagai seorang Barista yang kini menekuni bidang kuliner Kopi. Seperti Maryono Bayu juga seorang pengajar di sebuah sekolah yang saat ini menggeluti usaha bersama Ludens Cafe.
Bayu menyadari lingkungan dirinya yang berasal dari keluarga petani kopi, lalu mulai mempelajari kopi dan menekuninya hingga sekarang, meski sebelumnya proses hidupnya bertemu dengan Maryono dan Setiadi sebagai pengajar. Dan kini berkumpul lagi dalam usaha bisnis kuliner.
Sedikit berbeda dengan Setiadi, orang satu ini memiliki banyak keahlian diantaranya adalah pembicara seminar, mentor kesehatan, juga pemilik usaha distro. Bidang fashion yang hendak di gabungnya dengan bisnis kolaborasi dalam Ludens Cafe. Yang nantinya menyediakan layanan cetak T-Shirt yang dapat ditunggu. Itulah mengapa Ludens memiliki tiga highligt Cafe Bars an Distro.
Menurut Setiadi saat ini banyak anak muda yang ingin memiliki kaos dengan desain sendiri. Kreatifitas tersebut harus didukung dengan ruang yang menunjang. Kedepannya Ludens tidak hanya sekedar Cafe untuk tempat makan dan minum kopi saja. Tetapi bisa juga untuk membuat kaos langsung jadi.
Seperti pilihan kata Ludens sebagai nama cafe yang berarti tempat bermain. Suasana yang ramah untuk bermain dan mencari inspirasi untuk berkreatifitas akan tercipta di Ludens Cafe Bars and Distro.
Sebagai orang yang rumahnya tidak jauh dari Ludens ini, tentunya saya merasa bahagia. Ludens bakal jadi tempat saya untuk nongkrong sambil berkreasi menyelesaikan tugas ngeblog di kompasiana ahaha. Mantul banget yekan.
Ngeblognya bakal ditemani menu Ludens yang gak bisa di khianati enaknya. Soalnya sudah saya cobai satu-satu di munggahan bareng Ketapels ini. Ini dia penampakannya.
Dan lain-lain yang menunya menggoda untuk di cicipi petualangan rasanya. Salam tetap berkreasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H