Lihat ke Halaman Asli

Ongki Lungu Incau

Pemikir doang

Kehidupan Daniel

Diperbarui: 3 Mei 2024   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEHIDUPAN DANIEL DALAM ALKITAB

Kita dapat membaca tentang kehidupan Daniel dari karangannya sendiri dalam kitab Daniel dan juga dalam Yehezkiel 14:14,20, dan 28:3. Ada beberapa kemiripan antara kehidupan Daniel dan Yusuf, putra Yakub. Keduanya menjadi makmur di tempat asing setelah menafsirkan impian pemimpin setempat, dan keduanya diangkat pada jabatan yang tinggi karena kesetiaan mereka pada Allah.

Setelah Nebukadnezar, raja Babel, mengepung Yerusalem, ia mengambil beberapa pria keturunan raja Israel dan bangsawan yang berperawakan baik dan menunjukkan kemampuan belajar, supaya dilatih menurut kebudayaan Babel. Setelah melewati masa latihan selama tiga tahun, mereka akan ditugaskan melayani raja (Daniel 1:1-6). Daniel, yang namanya berarti "Allah adalah hakimku," dan ketiga rekan sebangsanya dari Yehuda dipilih dan diberi nama baru. Daniel dijuluki Beltsazar, sedangkan Hananya, Misael, dan Azarya dijuluki "Sadrakh," "Mesakh," dan "Abednego." Pemberian nama baru yang diberikan oleh kaum Babel itu mungkin ditujukan supaya mempercepat perbauran mereka dalam kebudayaan Babel.

Daniel dan ketiga rekan sebangsanya terbukti sebagai peserta pelatihan yang paling unggul, dan, setelah masa pelatihan mereka, mulailah pelayanan mereka pada Raja Nebukadnezar. Pertanda kesetiaan Daniel yang pertama dijumpai ketiga ia bersama ketiga rekannya menolak makanan dan anggur pilihan dari santapan raja, karena mereka menganggapnya najis, dan memilih asupan sayuran saja. Karena kesehatan mereka meningkat, mereka diperbolehkan melanjutkan diet yang dipilih. Dalam pelatihan mereka, keempat pria dari Yehuda menjadi ahli dalam segala sesuatu yang berbau Babel, dan Allah memberi Daniel kemampuan menafsirkan berbagai macam mimpi dan penglihatan (Daniel 1:17).

Belsyazar, putra Nebukadnezar, menggantikan ayahnya sebagai raja, dan pada sebuah perjamuan ia memerintah supaya perkakas dari emas dan perak yang telah dijarah dari bait kudus di Yerusalem digunakan. Karena perkakas kudus itu digunakan semena-mena, Belsyazar melihat sebuah tangan menulis di atas tembok. Para ahli nujumnya tidak berhasil menerjemah bahasa yang tertulis di tembok, sehingga Daniel untuk menafsirkannya (Daniel 5:13-16). Sebagai imbalan atas jasanya, Daniel mendapatkan promosi oleh Raja Belsyazar menjadi orang tertinggi ketiga di kerajaan Babel (ayat 29). Pada malam itu, sebagaimana dinubuatkan oleh Daniel, nyawa sang raja meregang dalam pertempuran, dan kerajaannya direbut oleh Raja Koresh dari Persia, dan Darius orang Media dijadikan raja.

Di bawah raja yang baru, Daniel menjalankan tugasnya sebagai administrator dengan luar biasa sehingga Raja Darius mempertimbangkan menjadikannya orang tertinggi di kerajaannya (Daniel 6:1-3). Hal ini membuat administrator lainnya murka sehingga mereka mencari cara menjatuhkan Daniel. Mereka tidak menemukan aib Daniel, sehingga mereka menyerang agamanya. Dengan menyanjung Darius dan merayunya membuat penetapan melarang doa kepada dewa lain selain sang raja untuk tiga puluh hari ke depannya. Pelanggaran penetapan itu akan dihukum dilempar ke kandang singa. Danile melanggar penetapan itu, tentunya, dan berdoa secara terbuka pada Allah yang benar. Daniel tidak berusaha menyembunyikan aktifitas rohaninya, ia ditemukan berdoa dan segera ditangkap. Dengan berat hati dan terpaksa sang raja memerintah supaya Daniel dilempar ke kandang singa, namun ia berdoa supaya Allah Daniel menyelamatkannya (Daniel 6:16). Pada keesokan hatinya, ketika Daniel ditemukan dalam keadaan sehat, ia bercerita bahwa Allah telah mengutus malaikat untuk membungkam mulut singa sehingga ia selamat. Atas mujizat ini, Raja Darius melayangkan surat ketetapan bahwa semua hambanya harus menghormati Allah Daniel. Daniel berkembang terus selama masa pemerintahan Raja Darius.

Daniel juga dikenal atas mimpi nubuat dan penglihatan yang ia terima dari Allah, yang direkam dalam kitab Daniel. Nubuat Daniel melingkupi periode waktu yang cukup besar, karena ia meramalkan datang dan perginya Kerajaan Yunani dan Romawi dan seorang raja kuat yang "akan berbuat sekehendak hati; ia akan meninggikan dan membesarkan dirinya terhadap setiap allah. Juga terhadap Allah yang mengatasi segala allah ia akan mengucapkan kata-kata yang tak senonoh sama sekali..." (Daniel 11:36). Nubuat "ketujuhpuluh minggu" Daniel membahas seorang Mesias yang akan dibunuh (Daniel 9:24-27). Kita melihat penggenapan mujizat ini dalam kehidupan Yesus. Minggu ke-tujuh puluh akan kelak digenapi pada akhir zaman. Daniel juga memperoleh penglihatan akhir zaman lainnya, dan memahami nubuat-nubuat ini penting bagi pemahaman eskatologis kita.

Daud mengedepankan integritasnya, dan dengan demikian, ia menjadi sosok yang disegani oleh pemimpin yang ia layani. Akan tetapi, kejujuran dan loyalitasnya pada atasannya tidak melanggar imannya dalam Allah yang benar. Imannya tidak menjadi batu sandungan, sebaliknya pengabdiannya pada Allah dikagumi oleh orang-orang tidak percaya di sekitarnya. Ketika ia menyampaikan tafsiran mimpi, dengan cepat ia memberi kehormatan pada Allah atas karunia tersebut (Daniel 2:28).

Integritas Daniel sebagai abdi Allah juga dikagumi oleh dunia sekuler, namun ia tetap berpegang teguh pada imannya pada Allah. Bahkan di bawah tekanan para raja dan penguasa, komitmen Daniel pada Allah tetap teguh. Daniel juga mengajarkan bahwa, dengan siapapun kita berinteraksi, apapun status mereka, mereka perlu diperlakukan dengan kasih sayang. Amati betapa prihatinnya Danile ketika menyampaikan tafsiran tentang mimpi kedua Nebukadnezar (Daniel 4:19). Sebagai orang Kristen, kita diperintah untuk menaati penguasa dan pemimpin yang telah Allah tetapkan, memperlakukan mereka dengan hormat dan kasih sayang; namun, sebagaimana diteladani oleh Daniel, kita harus memprioritaskan hukum Allah di atas hukum manusia (Roma 13:1-7; Kisah 5:29).

Atas pengabdiannya, Daniel diperkenan baik oleh manusia maupun Allah (Daniel 9:20-23). Perhatikan pula ayat-ayat dimana malaikat Gabriel menjelaskan betapa cepatnya doa Daniel dijawab. Ini menunjukkan betapa siapnya Tuhan mendengar doa umat-Nya. Kekuatan Daniel adalah kesetiaannya dalam berdoa, dan itu merupakan pelajaran penting bagi kita semua. Kita perlu mendatangi Allah dalam doa tiap hari, bukan hanya ketika masalah melanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline