Lihat ke Halaman Asli

Melancong ke Berastagi-Lingga

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Toko Beras itu bernama Berastagi Tentunya kita semua yang pernah mengalami hidup di tahun 80-an masih ingat permainan monopoli. [caption id="attachment_199729" align="alignright" width="225" caption="depan tugu perjuangan berastagi"][/caption] Di permainan itu disebut ada villa yang terletak di Brastagi. Nah, tak disangka akhirnya kaki saya bisa juga menapakkan kaki di kota yang berarti toko beras ini. Kota ini berjarak kira-kira 78 km dari arah selatan kota Medan, bisa ditempuh dengan bis berkecepatan sedang selama 2 jam atau berjarak 10 km dari Kabanjahe, ibu kota kabupaten Karo. Tidak heran Berastagi disebut kota beras, karena kota inilah yang menjadi penyuplai buah dan sayur di kota-kota di Sumatra Utara (loh, mana berasnya? hehe). Jalan menuju Berastagi bisa dibilang berat bagi orang yang mudah mabuk dalam perjalanan. Tikungan jalan di Puncak Jabar terasa ringan bila dibandingkan dengan tikungan tapal kuda yang banyak kami lalui selama dalam perjalanan. Apalagi bila hujan, di mana semua jendela ditutup sedangkan bis fuso sesak penumpang, ditambah asap rokok yang sangat menyesakkan dada, maka lengkaplah sudah penderitaan selama dalam perjalanan. Banyak armada menuju ke Berastagi. Tapi saya sarankan lebih baik menggunakan mobil Fuso dari pada cool L300. Menurut teman, supir L300 memiliki banyak nyawa, karena saking beraninya mereka ngebut di jalan dengan banyak tikungan. Ah, tapi pake bis Fuso pun ngebutnya ga nahan, mak hehehe (cerita lucu naik bis ini mudah-mudahan menyusul) Good Bye Darling is Gundaling Sampai Berastagi kami langsung bernarsis ria. Poto sana sini. Udah cuek kali kami dilihat orang. Yah, itung-itung latihan jadi turis beneran lah. Sapa tau kan? hehehhe. Lalu kami menuju bukit Gundaling yang berjarak kira-kira 3 km dari kota Berastagi. [caption id="attachment_199731" align="aligncenter" width="300" caption="depan gunung sinabung"][/caption] Ternyata bila kita naik angkot sebelum gerbang menuju Gundaling, maka kita tidak ditagih pertugas untuk membayar retribusi. Retribusi ditarik untuk mobil pribadi. Jadi naiklah angkot sebelum melewati gerbang Gundaling hehehhe (pelit amat ga mau nyumbang kantong si pertugas gerbang, maklum soalnya uangnya memang benar2 masuk sakunya, ga ada karcisnya). Dari bukit ini kita bisa melihat pemandangan tiga gunung berapi yang masih aktif, yaitu gunung Sinabung, Sibayak dan Barus. Jadi wisata yang disajikan Berastagi adalah keindahan pemandangan alam dan juga volcano climbing. Banyak wisatawan mancanegara melewatkan waktu mereka di Berastagi dengan mendaki gunung. Entah apa yang membuat Gundaling disebut sebagai kependekan dari Good Bye Darling, mungkin ada cerita perpisahan yang membuat masyarakat sekitar menamakannya demikian. Seorang bapak dari kampung Lingga yang kami jumpai membenarkan bahwa Gundaling ini berasal dari kata good bye darling. Kampung Lingga Kampung Lingga berjarak kira-kira 15 km dari Berastagi. Bisa ditempuh dengan dua kali angkutan umum. Di kampung Lingga bermukim penduduk suku Batak Karo. Seperti yang kita ketahui terdapat 7 suku bangsa batak, yaitu Karo, Pakpak, Dairi, Toba, Simalungun, Mandailing, dan Angkola. Dan ternyata masing-masing suku memiliki bahasa sendiri. Dari keterangan yang saya dapat dari teman-teman, orang Batak Karo bersifat mirip seperti suku Jawa. Mereka lembut dalam berbicara. [caption id="attachment_199733" align="aligncenter" width="300" caption="poto bareng anak2 kampung Lingga"][/caption] Saya pikir, semua penduduk di kampung Lingga ini tinggal di rumah tradisional batak yang bernama Bolon. Tapi ternyata rumah-rumah tradisional ini sudah menjadi warisan. Hanya 2 saja dari 9 warisan rumah tradisional yang berusia 300 tahun ini yang masih ada dan masih dihuni. [caption id="attachment_199734" align="aligncenter" width="300" caption="RumahAdat Batak Karo Si Walun Jabu"][/caption] Yang perlu diperhatikan bila bertandang ke Berastagi adalah soal makanan. Sepanjang jalan menuju Berastagi kami melihat banyak rumah makan yang menjual B2. Ada juga yang menjual B1 (daging anjing). Jadi membawa perbekalan dari Medan adalah lebih aman daripada kita was-was dengan apa yang kita makan. Dan jangan lupa, kalo main ke Berastagi kondisi badan kita harus fit, sehingga kita tidak akan bisa cepat mabok selama dalam perjalanan (kecuali kalo kita sesakti kernet bis yang pertapa itu hihi). [caption id="attachment_199735" align="aligncenter" width="225" caption="Angkot Cicaheum-Ledeng Bandung di tanah Karo"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline