Lihat ke Halaman Asli

Cerpen: Kutipan Modi Arr

Diperbarui: 7 Juni 2022   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pexels pixabay.com

"Eurekaa.."

Modi Arr berseru dengan senyum padat mengembang. Kedua tangannya mengepal di bawah meja. Suaranya seperti ditekan agar tidak sampai menembus dinding kamar. Ia tidak ingin siapapun tahu apa yang sudah ditemukan.

Ia juga tidak ingin orang-orang tahu bahwa ia akan bersimaharajalela. Ia akan menyapu habis isi dunia. Ia sudah muak dengan tingkah polah manusia bumi. Ia akan menjadi raja tanpa sebab. Menguasai dunia bagai hantu. Menyumpal mulut-mulut orang sombong.

Iya, Modi Arr bertekad akan memiskinkan manusia-manusia serakah. Membantai kepintaran yang mencincang kemanusiaan. Bayangan Robin Hood sudah di depan mata. Segala hal yang baik-baik sudah disusun rapi. Siaga di pelupuk mata. Pemicunya sudah ditemukan.

***

Meja kayu mahoni tua berkelir merah marun tak jemu menyangga serakan buku-buku. Hampir seluruhnya adalah buku-buku eksakta.

Kalaupun ada jenis buku lain, bisa dihitung. Yang lain itupun tak jauh-jauh dari urusan nalar. Misalnya saja sebuah buku rangkuman pertarungan dua pecatur legendaris dari negeri beruang merah. Anatoly Karpov melawan Garry Kasparov.

Iya, ia menyukai catur. Olah raga pikiran, demikian anggapannya.

Walau jarang sekali  bermain catur, namun ia bisa membayangkan hingga memahami taktik dari langkah-langkah buah catur kedua dewa catur kelas dunia itu.

Garry Kasparov adalah pecatur kagumannya. Namun pernah dikalahkan oleh mesin komputer saat masih mengamit predikat juara dunia. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu semangatnya tidak pernah padam. Ia selalu penasaran akan mesin berteknologi tinggi itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline