Lihat ke Halaman Asli

Humor | MLM, Rothschild, Corona, dan Jamu

Diperbarui: 10 Maret 2020   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber ilustrasi:anotherorion.com

Marxisme, Leninisme, dan Maoisme boleh jadi sudah merupakan sebuah formula ideologi yang ampuh. Di depan mata bukti itu terpampang lugas. China, sebuah negeri yang berpondasikan formula ideologi tersebut, sudah merasakannya. 

Uni Soviet pernah memakai formula ini. Sanggup bertahan puluhan tahun sebelum pemimpinnya, Mikhail Gorbachev mengutak-atik formula tersebut dengan sekeping ide angin perubahannya, Perestroika. Dan bangunan negara Uni Soviet benar berubah menjadi berkeping-keping.

Nun jauh di alam sana, dalam dingin yang menusuk tulang, entah neraka entah sorga entah tersesat, Lenin mencolek Marx, "Eh lu sudah tau belum si Mao ngembangin pikiran kita. Lihat tuh China jadi perkasa begitu."

"Akh... Pikiran kita.. Bisa aja lu.. Yang ada mah pikiran beta.. China entu nerapin pikiran beta... elu juga ngikut pikiran beta.. Heh!" sungut Marx sembari mencocoki cangklongnya dengan tembakau jawa.

"Lha negeri lu sendiri bagaimana? Pecah berkeping-keping tak karuan..," lanjut Marx sambil menghembuskan gumpalan asap tembakau. Dia belum mengetahui kalau gumpalan asap itu bisa dibentuk menyerupai lingkaran. 

Tiba-tiba mereka berdua terdiam. Deru limousine tepat berhenti di depan meja bertaplak lusuh yang mereka kitari.

Turun dengan bertongkat. Lelaki uzur bertopi tinggi. Seraya berucap, "Eh elu.. elu..pada ngomongin aye ya?" seru Mayer Rothschild sang kuasa uang planet bumi.

Marx dan Lenin saling toleh. Kemudian terbahak dalam tawa.
"Haaa.. Haha.. Siapa nyang ngomongin elu..hey.. mata duitan..ngapain juga elu ke sini hah? Emang di sana elu berantem rebutan duit lagi ya?" ujar Lenin menebak.

"Aye ke sini buat ngomongin corona. Pusing aye.. Duit tidak berputar. Cucu cicit aye pada keblinger semua..," ujar Mayer terdengar seperti mengadu.

"Lha bukankah elu ahlinya masalah putar memutar duit. Bikin tepar sebuah negeri bak membalikkan telapak tangan saja buat lu..," ujar Marx dengan suara serak. Sejak pagi belum kena cairan kopi panas. 

"Hey... Karel...Masalahnya bukan itu.. Corona yang ada sekarang menyebabkan tak ada perpindahan barang. Semua pada menutup diri. Bagaimana duit bisa berputar?..dasar manusia pikiran proletar!" gusar Mayer menyahut dengan menghentak-hentakkan tongkat berkepala naga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline