Lihat ke Halaman Asli

Soemirat dan Tas Kain Bekas Bungkus Tepung

Diperbarui: 15 November 2019   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

Siang sedang gerah-gerahnya. Terik matahari bebas lepas. Tanpa sedikitpun ada awan yang menghalangi sinarnya menghantam kulit bumi.

Dua angkot, mobil angkutan kota, lolos. Dua-duanya penuh. Soemirat enggan menghentikan. Dia menunggu angkot yang lebih lengang. Dia kurang begitu suka bersesak ria di dalam kotak mungil nan panas itu. Dia tidak rela membagi aroma keringatnya yang aduhai itu. 

Dari kejauhan akhirnya nongol juga yang ditunggu-tunggu. Jelas terlihat cuma empat kepala manusia di dalam angkot itu. Termasuk sopir.

Sopir yang mumpuni. Pintu angkot tepat berhenti di depan Soemirat. Sial, dekat pintu sudah ada yang menduduki. Di belakang sopir pun sudah ada dua orang. Seorang bapak dan seorang ibu yang subur setengah baya. Suami isteri. Karena mereka bergenggaman tangan.

Soemirat langsung merangsek ke belakang. Duduk paling belakang. Memberi jarak agar tidak sumpek. Lagi pula kaca jendela paling belakang biasanya bisa dibuka lebar-lebar. Lumayan bisa menyapa angin. 

Baru saja angkot berbelok, di depan ada segerombol orang menghentikan laju angkot. Lima orang. Dua orang terlihat menggendong tas gunung. 

Sopir melirik kaca spion. Mengintip ke belakang melalui kaca spion.
"Hayoo Pak naik..bisa..Pak..masih longgar..bisa..semuanya bisa masuk.." tangan sopir bergerak-gerak. Mengibas-ibas. Seperti menghalau penumpang yang terlebih dahulu naik. Kibasan tangannya memerintahkan agar duduk di angkot jeleknya itu dimepet-mepetkan.

"Mati..aku..sopir sialan.." pikir Soemirat dongkol.

Dia tidak bisa menyapa angin dengan leluasa. Dia tidak bisa duduk dengan leluasa. Tas yang dibawa pun dijepit di antara kaki.

Satu orang duduk di depan. Di samping sopir. Empat sisanya tumplek blek masuk ke belakang. Penumpang baru itu mesam-mesem saja.

"Pak tolong geser sedikit ya, saya agak sesak.." ibu itu memohon. Suaminya mengangguk mengiyakan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline