Lihat ke Halaman Asli

Kobin dan TV Mati

Diperbarui: 30 Oktober 2019   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : pixabay.com

Mukhson, penghuni kos baru. Mahasiswa baru. Kamarnya paling ujung dari tiga kamar berjejer. Dekat pintu belakang. 

"Ada anak kos baru. Dia sedang ke kampus. Nanti kau akan tahu..yang akur ya.." ujar Ibu kos sambil menggebuk-gebuk jemuran bantal. 

"Oh ya Bu.. yang rambutnya kriting  itu khan? Tadi saya sempat bertemu di kampus. Orangnya kalem. Kami juga ngobrol," Kobin menyahut. 

Siang itu Kobin rebahan di depan televisi. Di karpet biru lusuh. Televisi sedang bersiar. Kakinya menjulur ke arah tivi. Kaki kirinya menekuk. Tangannya menyilang memeluk dada. Bantal guling terlipat menyangga tengkuknya.

Tiba-tiba pintu depan terkuak. Setelah mengucap salam, Mukhson bergegas masuk. Untuk mencapai kamar, dia harus melintasi Kobin yang sedang berbaring di depan televisi. 

Langkahnya melambat. Dia membungkuk perlahan-lahan. Seperti mengendap-endap. Tepat di depan televisi dia menoleh ke arah Kobin.

"Halo Bang.. Siang Bang..permisi Bang.." Mukhson menyapa dengan suara rendah. Lebih rendah dari suara tivi. 

Kobin diam saja. Bola matanya membesar. Pupilnya mengembang tajam mendelik. Seakan-akan menembus hulu hatinya. Merontokkan iga-iganya. Saat beradu pandang, Mukhson menelan ludah. Senyumnya hambar. 

"Apa salahku? Apa tadi di kampus aku ada salah kata? " pikirannya mengait-ngait. 

Otot-otot kakinya menguat. Bersiaga menerima perintah loncat. Kalau-kalau Kobin membentak dan menyergap. 

Beruntung Mukhson mulus melintasi Kobin. Masuk kamar. Pikirannya menyeruak mencari tahu. Sebagai orang baru di kampus dan di kos, dia tidak berani macam-macam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline