Lihat ke Halaman Asli

masniati muslihi

lagi suka belajar baking

Perawan, Laut, dan Kapal

Diperbarui: 29 Juni 2020   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Saat pijar mentari pagi datang dari timur

Menerpa hangat tubuh sang perawan yang duduk dibawah sekoci kapal lambelu dalam bilangan tujuh

Bukan karena ia tak memperoleh tempat karena saratnya penumpang, ia bahkan memesan tiket kelas wahid

Ia berada di tempat itu bukan karena tak punya kawan, ia bahkan kenal dengan para pekerja di kapal itu

Ia berada di tempat itu karena ia pasti akan melihat pemandangan yang tak akan pernah bosan dilihatnya

Ya, hanya biru laut ditengah samudra yang tak akan pernah jemu dimatanya

Ia seakan tidak terganggu oleh orang lalu lalang disekitarnya

Matanya terus menatap samudra sambil sesekali tersenyum ketika dilihatnya lumba - lumba saling berkejaran

Lalu terdengar azan zuhur dari arah belakang kapal

Sang perawan tersentak! Rupanya ia tidak mengenal waktu berada di tempat itu

Bergegas ia menunaikan kewajibannya, lalu makan siang dan berbincang dengan orang sekitarnya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline