Lihat ke Halaman Asli

Omy Marissa Verdiani

Mahasiswi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret

Sekolah Penggerak: Efektifkah?

Diperbarui: 8 Juni 2022   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Negara yang maju ditunjukkan dengan kualitas atau mutu pendidikan yang maju pula. Dengan pendidikan yang maju, maka akan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul yang dapat berkompetisi pada tingkat global. Dalam mewujudkan pendidikan yang unggul, tentu kita perlu untuk memperhatikan kurikulum pendidikan yang sedang berlaku. Karena kurikulum merupakan suatu acuan yang menjadi tolok ukur dalam menentukan kualitas pendidikan. Kurikulum terdiri atas beberapa komponen seperti tujuan, isi, strategi untuk mencapai tujuan serta evaluasi. Apabila komponen tersebut menjalankan perannya dengan baik, maka kurikulum akan berjalan dengan baik, begitu juga sebaliknya. Perlu kita ingat juga, bahwasanya kurikulum bersifat dinamis yakni mengikuti perubahan kebutuhan masyarakat serta mengikuti perkembangan zaman yang ada. Maka dari itu, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, dimana pada setiap kurikulumnya mengalami peningkatan kompetensi. Salah satu kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan Indonesia adalah kurikulum merdeka belajar dengan programnya yakni sekolah penggerak.

Sekolah penggerak merupakan program yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud) Republik Indonesia dibawah arahan Mendikbudristek, Nadiem Makarim tahun 2021 lalu. Program sekolah penggerak ini digadang-gadang dapat memajukan pendidikan Indonesia yang ditandai dengan peningkatan kualitas hasil belajar seperti literasi dan numerasi serta peningkatan kualitas lingkungan belajar seperti tumbuhnya karakter yang kuat pada lingkungan pendidikan. Singkatnya, program sekolah penggerak menjadi salah satu upaya yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia, yakni menciptakan Indonesia yang maju, berdaulat, mandiri serta berkepribadian melalui terwujudnya Pelajar Pancasila.

Apabila dilihat secara general, program sekolah penggerak ini terfokus pada Sumber Daya Manusia (SDM) dalam dunia pendidikan, yang terdiri atas peserta didik dan tenaga pendidik seperti guru dan kepala sekolah serta komponen-komponen pendukung lainnya seperti pemerintah daerah, pengawas sekolah, penilik dan sebagainya. Program sekolah penggerak yang hanya diterapkan pada sekolah pilihan ini akan mengakselerasi sekolah untuk bergerak 1---2 tahap lebih cepat dari sekolah biasa dalam kurun waktu 3 tahun ajaran sehingga tercipta peningkatan mutu pendidikan. Perlu diketahui juga, bahwasanya sekolah penggerak merupakan suatu ekosistem yang terintegrasi, dimana pada saat ini hanya terdapat beberapa sekolah terpilih di daerah yang merupakan sekolah penggerak, meskipun dalam kurun waktu beberapa tahun kedepan, seluruh sekolah diharapkan akan menjadi sekolah penggerak. Kendati demikian, dalam implementasinya, pelaksanaan sekolah penggerak ini tidak semudah membalikkan telapak tangan, mengingat didalamnya menuai berbagai pro dan kontra.

Pertama, sekolah penggerak ini dinilai tidak bersifat inklusif, melainkan bersifat eksklusif. Bisa dikatakan demikian karena hanya sekolah yang kepala sekolahnya lolos tes seleksi saja yang dapat menjadi sekolah penggerak. Akibatnya tidak seluruh sekolah memiliki kesempatan yang sama, meski setiap daerah memiliki kuota untuk menjadi sekolah penggerak.

Kedua, dengan adanya sekolah penggerak nampaknya akan bertolak belakang dengan program pemerintah yang menghilangkan sekolah unggulan, justru dengan adanya sekolah penggerak ini dinilai akan memunculkan sekolah unggulan, dimana sekolah tersebut telah beberapa tahap lebih maju dibandingkan dengan sekolah yang lainnya. Namun, hal tersebut juga memberikan efek positif, dimana sekolah yang terpilih menjadi sekolah penggerak dapat dijadikan sebagai acuan atau inspirasi bagi para tenaga pendidik, baik itu guru maupun kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi atau skill nya agar bisa lolos seleksi dan menjadikan sekolahnya sebagai sekolah penggerak. Hal tersebut juga dapat memicu semangat sekolah lain untuk berlomba-lomba menciptakan atmosfer pembelajaran yang baik yakni pembelajaran yang efektif dan efisien meskipun bukan merupakan bagian dari sekolah penggerak.

Ketiga, program sekolah penggerak ini pun dinilai memiliki waktu pelatihan yang cenderung singkat. Selain waktunya yang singkat, pelatihan yang dilakukan secara online pun menjadi hambatan bagi para tenaga pendidik yang terlibat dalam sekolah penggerak, mengingat hanya tenaga pendidik yang memiliki akses dan perangkat digital memadahi saja yang dapat menjangkau proses pelatihan dengan baik. Selain itu minimnya informasi akibat dari kurangnya sosialisasi mengenai program sekolah penggerak membuat kebanyakan orang merasa asing ketika mendengarnya, bahkan kalangan tenaga pendidik seperti kepala sekolah maupun guru pun belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai bagaimana sistem dari program sekolah penggerak itu sendiri. Tidak sampai disitu saja, nampaknya pengimplementasian program sekolah penggerak saat ini belum efektif, mengingat saat pandemi Covid-19 seperti ini proses pembelajaran dilakukan secara hybrid yang membuat pembelajaran offline dilakukan dalam waktu yang terbatas dan siswa dalam kelas yang tidak full. 

Solusi yang mungkin dapat diterapkan oleh pemerintah dalam menyikapi beberapa persoalan sekolah penggerak yakni seperti menambah durasi pelatihan, atau membuat konsep pelatihan yang ringkas namun efektif dan bermakna bagi tenaga pendidik untuk meningkatkan kompetensinya. Selanjutnya pemerintah dapat lebih memasifkan sosialisasi mengenai program sekolah penggerak, sehingga terdapat pemahaman mengenai bagaimana kinerja dari program sekolah penggerak itu sendiri. Hendaknya mendikbud melakukan evaluasi dan revisi terhadap efektifitas kinerja serta pengimplementasian dari program sekolah penggerak ini. Akhir kata, penulis berharap agar terdapat sistem pendidikan yang lebih baik lagi, yang tentunya memudahkan bagi guru maupun peserta didik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline