Ke senja pergi menuju redupku sendiri -- untuk menangkap bayang-bayangku. Angan mengembara gulita. Meraba jelaga sunyi.
Hanya di kamar. Langit kamar menyimpan lampu. Mengiringi sajak yang kehilangan aksara. Jejak cerita yang tak pernah genap.
Sebenarnya, ingin kulanjutkan sampai tamat. Tapi halaman mana yang masih bersorot. Tidak ada. Juga belum kutemukan bayang-bayangku.
Sejatinya ingin kupilin bayang-bayang itu, dari ceceran makna semalam.
Namun, rindu tak mengenaliku lagi. Bahkan sebelum bayang-bayang mendendangkan lagu ilalang, aku siap berdiang saat subuh masih rabun.
SINGOSARI 21 Oktober 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H