Puisiku seperti cinta yang membakar kertasnya, merembet huruf demi huruf, mengeja kata demi kata. Sampailah asap terakhir meninggalkan abu yang tergolek sendiri.
Sebelum kupu-kupu datang, serta embun yang tergesa-gesa menyudahi perjumpaan, begitulah cinta seperti tak tersentuh tangan, tapi tiba-tiba menggedor pintu hatiku.
Bila kerinduan menghampirimu, ia akan menceritakan dirinya, bersiaplah mendengar namaku di sepanjang ceritanya.
Kelak di suatu waktu, ada yang setia menemaniku, ialah puisi-puisi yang tak sempat kaubaca. Puisi-puisi yang harusnya kau simpan dalam kamarmu, dan tak terbakar oleh apapun.
SINGOSARI, 31 Juli 2022