Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Menunggu Sajak Lahir

Diperbarui: 19 Juli 2022   22:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: www.panmacmillan.com

Aku baru saja mencium malammu. Bahkan tiba-tiba saja ia telah mengandung sajakku. Angin tak pernah tua begitu juga kalender kembali muda. Sepertinya kau harus merawat warisan besar ini.  

Aku sangat risau. Semoga sajakku menuruti petuah. Sebab dosa tak hanya bicara, tapi tercipta dari kata-kata yang terbaca mata. Lebih baik beranak sajak daripada rumus ilmu yang penuh janji.

Aku belum menemukan alasan bahagia ketika tangis berderai dalam hati. Aku juga belum bisa tertawa ketika suara parau menuntut merdeka di era yang sudah merdeka. 

Bahkan nanti ketika sajakku benar-benar lahir, aku tak ingin melihat seorang mati kelaparan di dekat toko grosir sembako. Kuharap ada do'a dan suara manusia yang keluar dari himpitan keserakahan. 

Melahirkan sajak tentu hal tersakit dari dirimu, namun kabut tak pernah takut pada subuh yang kian lanjut. Sajak yang telanjang mengungkit juang yang nyalang.


SINGOSARI, 19 Juli 2022

Sumber gambar https://www.panmacmillan.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline