Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sungkem

Diperbarui: 9 Mei 2022   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar https://semaraccesories.blogspot.com/

Kulingkari kalender untuk mudik lebaran. Seperti pesan angka dalam kalender: "Salah selalu berbilang maaf harus digalang, pulanglah!"

Maka, aku pulang diantar waktu.

Di jalan orang memanggul kenangan. Polisi sibuk menghalau panas. Jalan raya menggelar lalu lintas. Rambu-rambu berjaga dengan setia. Ribuan kaki melangkah, ribuan kaki menginjak pedal gas. "Kita harus menghitung bilangan jarak, sekarang juga" kira-kira demikian yang ada di kepala mereka.

Di telepon genggam Ibu sibuk bertanya kabar. "Sampai dimana Nak?" dan selalu aku menghibur Ibuku, "Sampai di ingatanmu Bu"

Ayah menyapu daun yang gugur, senja menyemir rambutnya yang putih menjadi lebih emas. Sementara kuburan kakek dan nenek baru saja disemai do'a. Nampak segar wajah mawar dan bunga kenanga diatasnya, bukti malaikat sedang menghitung ampunan.

"Ibu, Bapak, maafkan aku. Telah banyak kesalahan yang kupikul."
"Ibu dan Bapak sudah memaafkanmu Nak, bahkan sejak jam dinding itu tidak berputar lagi," sahut ibu seraya menunjuk jam dinding warisan kakek nenek.

Begitu derasnya waktu melelehkan air mata, begitu ringkihnya aku yang sudah dewasa.

"Tuhan ampuni segenap dosa orang tuaku, genapilah segala usianya dengan rahmat-MU"

Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline