Pandanganmu bagai air terjun yang membiaskan pelangi indah.
Rambutmu merimba meneduhkan paras ayu.
Aku memagut hening diantara arus bisikmu.
Dersik menjadi penengah kita.
Apakah aku harus menenggelamkan diri?
"Turunlah ke lembah dulu, agar kau tahu kedalaman cinta bukan sekedar kata-kata," suaramu begitu bening.
Memandangmu adalah keheningan yang tak mampu kuterka.
Adakah yang paling diam dari kita yang saling mencintai dalam diam untuk cinta yang tak pernah diam?
Entahlah, siapa yang akan berpulang dalam keheningan hati.
Jika mencintaimu dalam diam adalah pohon cinta di tengah sabana.
Maka merahlah pohon cintaku, membiarkan daun rindu berguguran menghampar hingga di halaman hatimu.
SINGOSARI, 23 Mei 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H