Di kamarmu, sedang kau tulis sepucuk surat.
Pada sebuah malam yang belum genap menggigil.
Sebelum menulis, kau pandangi langit-langit kamarmu,
sebuah lampu gantung redup pernah kunyalakan.
Di paragraf awal, kau tuliskan keluh kesahmu.
Kau sebut lirih nama lelaki, yang urung kau tulis.
Angin terlalu menelusup kencang masuk melalui jendela,
dan membawa kemungkinan nama lain.
Kau ingat-ingat lagi sebuah alamat, dimana lelaki itu tinggal.
Jujur aku agak asing dengan kota yang kau sebut-sebut.
Malam menuntunmu pada dua pilihan.
Lelaki yang urung kau tulis itu masih
kosong di sebaris kertas.
Sepertinya kau ragu-ragu, apakah gerimis
malam itu akan menjadi hujan hingga pagi?
Sementara aku duduk bersabar. Manantikan rahasia hujan genap tersampaikan.
SINGOSARI, 5 April 2020