Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Penimbun Masker

Diperbarui: 10 Maret 2020   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

haluanlampung.com/

"Polisi telah menangkap penimbun masker," kata berita utama harian pagi. Mereka ditangkap dengan kondisi hati yang bernanah. Perasaan mereka telah dikubur jauh hari sebelum virus memukul genta. Bahkan benak mereka telah berkecamuk mengalahkan kemanusiaan demi secuil rupiah.

Wahai rembulan yang pucat pasi, apakah disana juga ada peristiwa saling tikam? Mengapa juga kau lempar bayang-bayang tanya? sehingga serigala selalu kesulitan melolongkan jawaban? mestinya menolong lebih syahdu dibanding lolong bukan?

Rembulan bergeming sedetik. Perlahan, sebuah masker raksasa menutupi wajahnya. Langit meratap semakin gerimis. Angin turut meronta dari cengekraman malam. Sehingga rumahku bocor semua, melengkapi pengajuan derita yang harus kuhadapi. 

Saat polisi mengadili penimbun masker, rembulan sudah tinggal sebaris lengkung. Ia tutupi wajahnya dengan masker dari irisan bayang masa kelam dengan janji harapan esok lebih baik. Harga masker bisa diturunkan, namun menghargai sesama manusia mengapa sulit diturunkan. Sama persis pungguk merindukan bulan.


MALANG, 10 Maret 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline