Sebuah pesta para kaya menyewa malam untuk kepura-puraan mereka. Sekumpulan sunyi telah dipenjara. Tidak ada satupun kesedihan yang berjaga-jaga di pelupuk air mata. Malam ini sebuah bunyi-bunyian sedang mengerang. Bagi yang tertawa dengan mata mendelik, inilah malam penuh pengkhianatan gelisah.
Sementara itu, kaum kere bermata biru memandangi pesta dari luar dinding yang terbuat dari kaca. Demi sumpah mereka, maka hanya mata yang boleh melihat. Tangan mereka menggenggam berbagai warna bunga yang baunya seperti bangkai ketidakadilan.
Sebelum pesta usai, pagi selalu merawat papan dengan hidup berdampingan, antara atas dan bawah.
SINGOSARI, 3 Maret 2020