Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Selembar Kertas Berhias Kupu-Kupu

Diperbarui: 23 Februari 2020   17:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

greenurbanmama.com

Saat rindu menggumpal di hatimu yang berawan, mungkin kau tak bisa menahan gerimis di kelopak matamu. Aku telah mendengar cerita dari setangkup pagi, dimana kupu-kupu telah meninggalkan kepompong saat mentari masih hangat. Kata kupu-kupu, cinta saling memberi kehangatan. 

"Bukankah kita pernah singgah di kutub es yang membeku? Lalu kupeluk segenap rindumu penuh kehangatan? Tentu kau takkan lupakan itu bukan?"

Jadi, jika nanti langit sedang menggelar hujan, maka tengadahkan telapak tanganmu, rasakan ketukan irama yang digubah oleh sang Agung. Sejak masa purba muara selalu menunggu segenap limpahan cinta, dari langit untuk bumi. Mereka saling mencurahkan air mata kerinduan untuk bertemu, berpelukan hangat sampai pancaroba. Tentu kau mengerti mengapa aku juga merindukanmu bukan?

Demikianlah rindu disusun menjadi puisi, ia selalu membutuhkan kehangatan jemarimu sampai tertulis titi mangsa yang membekas dari kecupan bibirmu. Disitu aku ingin selalu menjadi puisimu, dari selembar kertas yang berhias kupu-kupu.


SINGOSARI, 23 Februari 2020
Titi Mangsa: Kecupan Bibirmu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline