Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Wangi Dunia

Diperbarui: 2 Februari 2020   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://i.etsystatic.com

Telah kuterima setangkup duka dunia dalam teras hatiku. Kutanam satu-persatu dalam kebun yang tak begitu luas. Sebuah tanah purba yang ditinggalkan oleh berbagai rindu leluhurku.

Sebulan lamanya, bunga-bunga mulai menebarkan wanginya. Menjalar tebar hingga telinga gunung, turun ke batu dan kali-kali dengan air yang beranjak pergi menjumpai muara. Waktu sedang khusyuk menderas sunyi.

Jika senja membasuh mukaku, kutulis sajak semerbak wangi di secarik kertas. Kulipat dan kuperas hingga menjadi anggur. Semalam kutenggak anggur itu hingga mabuk. Dunia menjadi purna duka.

Dalam mabuk itu kusebut nama bunga satu persatu, supaya sudi tinggal dalam vas bunga warna suka. Larutlah waktu menjadi gulita, aku terbata-bata melihatmu mabuk seusai mencium semerbak wangi. Ternyata kau dapati duka dan sunyi menjadi wangi yang terus menderas waktu.

SINGOSARI, 2 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline