Seekor anjing hitam merumput di sabana. Penggembala gemuk meniup uap tempe dan tahu dari bungkusan bekal, pengganti musik hiburan. Tak lupa sebuntel nasi punel sebagai energi, sekaligus bekal mengantuk.
Saat terik seperti ini, anjing hitam hanya diikat di sabana. Tak setetes air pun di cecapnya. Ia hanya menenggak air liurnya sendiri. Sampai rumput-rumput kehabisan sumber air.
Penggembala tetap tak peduli, ia tata nada sumbang dari petai dan sambel goreng bawang. Ia lumerkan dengan terong, maka pedasnya mampu mendatangkan petir.
Lihatlah nanti, jika hujan datang. Rumput setinggi ilalang, dan air bah bertingkah jalang. Saat itu anjing hitam basah kedinginan, menggonggong tak terima atas sangkaan. Sebab penggembala selalu berujar: "Ini pasti kesalahan kambing hitam, itu, yang disana itu." Seraya menunjuk anjing hitam yang terus menggonggong. "Dia itu tak tahu di untung."
Orang-orang pun ramai bercakap, "Dia sudah gila, lihatlah matanya terpejam, bicaranya menghitam"
SINGOSARI, 12 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H