Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Gagal Naik Pesawat

Diperbarui: 10 Desember 2019   19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pesawat terbang. (sumber: pixabay.com/wilbue)

Alhamdulillah aku bisa naik pesawat. Sudah pasti tetanggaku mengira aku orang kaya.
Maka terjadi kasak-kusuk di antara ibu-ibu arisan. Gara-gara istriku keceplosan saat belanja tadi pagi.
Sampai terdengar oleh Pak RT yang biasa jagongan dengan warga. 

Hari ini aku berangkat dan melewati rumah Pak RW, meskipun hanya bu RW yang menyapa, tapi aku
tetap membalas sambil menganggukkan kepala:

"Saya mau ke Metropolitan bu, naik pesawat siang nanti."

Lambaian tanganku bisa diceritakan pak RW, pikirku. Benar saja, ada pesan masuk di gawai, tertulis:

"Selamat jalan pak, saya masih koordinasi dengan kepala desa di balai desa."

Wah, setali tiga uang pikirku, kuarahkan saja ojek melintasi depan balai desa, harapan bisa
melambaikan tangan ke Pak RW dan Pak Kades.

"Pak saya berangkat, maaf buru-buru." pamitku di depan balai desa dengan lantang.

Sesampai di bandara, ojek kuminta berhenti agak jauh dari pintu masuk. Malu ah, masak ke bandara naik ojek.

Tiba di depan loket check in ada pengumuman, "Penerbangan ke Metropolitan dibatalkan".
Penyebabnya pesawat ditengarai membawa kereta api beserta relnya.
Sementara pilot dan masinis sama-sama ngotot ingin menjalankan pesawat dan kereta api.

Aku yang kelelahan sudah pasti kehilangan kenangan di Metropolitan.

MALANG, 8 DESEMBER 2019
Ada puisi yang mengungkap kejadian terkini dengan cara lain, jangankan sepeda motor dan sepeda angin, kereta api juga bisa naik pesawat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline