Lihat ke Halaman Asli

SANTOSO Mahargono

TERVERIFIKASI

Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Puisi | Kopi Sarat Emosi

Diperbarui: 20 Juli 2019   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://steemitimages.com

Ibu tak punya pilihan
Saat melahirkanku
Darah di tubuhku sering bertanya
Tentang ayah yang dilahap jarak

"Mengapa ayah pergi bu?"

Ibu terus menyangrai kopi
Keningnya semakin hitam
Aku tak hirau saat pipinya basah

Mungkin saja itu uap kopi, atau
Pedih yang mendidih

"Ayahmu tak punya pilihan"
"Ia begitu menyayangimu"
"Daripada kau lahir dari pelacur?"

Aku bergetar, kejutku memuncak

"Lalu?"

Dengan lirih ibu menyulam kata

"Ia hanya ingin punya anak laki-laki"
"Supaya kau menjaga ibumu"

"Ibu hanya memilih ayahmu, tapi tidak demikian dengan pilihan ayahmu"

"Mungkin suatu saat nanti, ayahmu mengerti arti sebuah pilihan"
"Atau meninggalkan pilihannya menuangkan kopi pahit"
"Kemudian meminumnya sampai amarah memecahkan cangkir kopi"
"Ibu yakin, ayahmu akan kembali, meski tak punya pilihan lagi"

Malang, 20 Juli 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline