Lihat ke Halaman Asli

Omri Samosir

Manusia biasa biasa saja dan tidak akan mengganggu hidup anda

Dunia Pengobatan Modern

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saya ingin menuliskan secara gado gado sejumlah fakta dan unek2 mengenai dunia pengobatan, bukan saja mengenai conventional medicine (yang juga dikenal sebagai modern medicine, orthodox, allopathic, main-stream, dll), tetapi juga alternative medicine (sebagai kumpulan sejumlah non-conventional medicine), dan bisa menjadi bahan diskusi forum kita, atau paling tidak untuk memberi pandangan dari sudut lain mengenai dunia yang satu ini. Sengaja saya tulis dengan cara provokasi agar bisa mengajak kita berfikir lebih kritis.

Perkembangan dunia pengobatan modern sekarang secara subjective dapat dikatakan stagnant. Berikut sejumlah fakta2 dan symptom yang ada:

Penyakit Cancer, HIV dan Hepatitis [sebagai contoh] belum dapat diobati, terlepas dari fakta bahwa dalam 20 tahun terakhir, dunia penelitian telah menghabiskan ratusan Billion USD (Billion, bukan million) untuk mendapatkan obat bagi penyakit ini. Mengapa? Kemungkinan terbesar adalah para peneliti ini mencari jawabnya pada ruang yang salah. Orang Betawi bilang: sampe lebaran monyet loe kagak dapet dah…. . Sementara itu banyak orang dengan penyakit cancer, HIV dan lainnya sembuh dengan cara alternative medicine atau malahan tanpa medicine.

Pengobatan modern “mendewakan” sejumlah penyakit antara lain cancer, penyakit jantung, stroke, hepatitis, HIV, Flu Burung, dimana ada jutaan jenis penyakit lain didunia ini, dan cukup atau lebih mematikan. Mengapa? Ada beberapa hal yang terjadi. Pertama, sejumlah penyakit diatas tadi ternyata diderita oleh mayoritas orang yang berpenghasilan cukup [karena kaya,makan banyak, tetapi tidak mengerti mengenai nutrisi, jadinya sakit], contoh penyakit jantung, stroke, hepatitis dan cancer. Untuk HIV dan Flu Burung, ini digandrungi karena potensi jumlah penderita akan sangat besar sekali. Terus, apa hubungannya? Wah, bung, ini business besar. Obat Cholesterol dari Pfeiser saja, dengan 3 jenis obat menghasilkan uang USD 4 Billion. Bung ini Billion ya, nolnya 9 mas….. Dia menjadi business besar karena pasien dengan kemampuan cukup dapat membayar pelayanan yang mahal dan obat yang mahal. Saya perjelas lagi, pabrik obat Pfizer merupakan perusahaan terkaya didunia menurut 500 Fortune company dan tahun lalu sebagai contoh dia untung bersih sebesar 7,8 Billion USD. Penyakit penyakit ini menjadi “High Profile Disease” (bahasa melayunya, penyakit orang kaya).

Bandingkan dengan orang di Rwanda yang meninggal karena malnutrisi, yang persentasenya sangat menakutkan, lebih dari 5% dari populasi (dibandingkan dengan yang meninggal karena cancer sebesar 0,2%), namun tidak diberikan obatnya. Mengapa? Karena penyakit ini terjadi karena kekurangan makan. Ini penyakit orang miskin……. Secara business tidak pernah akan menguntungkan. Penyakit lain yang merupakan akibat kekurangan gizi dan lingkungan tidak sehat, tidak pernah akan mendapatkan perhatian karena ini penyakit orang miskin….. Sorry Bo… ente kere… Loe mau kudisan, gatel gatel, TBC, borokan, congekan, excema dan sebagainya, pergi ke puskesmas sono no…. Boss, this is the truth and I am not exaggerating.

Coba deh datang ke rumahsakit yang terkenal, mau dimana kek, Pondok Indah di Jakarta atau Mount Elizabeth Singapore dan katakan saja bahwa anda curiga mungkin mengidap penyakit cancer… Tiba tiba semua akan sangat ramah dan menunjukkan sympathy yang besar [sembari ngitung berapa keuntungan yang akan mereka dapat hari itu]. Ente akan diperiksa dulu oleh dokter specialist penyakit dalam, kemudian dirujuk ke THT, Kulit, Hematologist, Erotologist, Iconologist , Gynecologist [kalau ente perempuan] , Iridologist , Heart Specialist dan terakhir ketemu dengan surgeon dan Oncologist. Diantara pemeriksaan para akhli itu ente tentunya harus melakukan sejumlah pemeriksaan dengan instrument seperti pemeriksaan darah di Laboratorium, Ultrasonograph, X-Ray, 3D Scanning, MRI, E.C.G, Endoscopy, F.K.G, D.B.D, Pet SAN, dan beberapa alat diagnosa mutahir. Mas, ini baru mencari tahu apa mas punya cancer di badan. Biayanya berapa ya? Untuk dokter tadi, kalau di Jakarta 11 dokter kali rata2 150 rebu, jadi 1.650.000. Biaya pemeriksaan alat untuk 12 pemeriksaan kali rata2 3 juta, jadi 36 juta, total 37.650.000. Kalau ini dilakukan di Singapore, dokter lebih mahal, 600.000 dan sebagian alat lebih murah, sebahagian mahal, tambah ongkos pesawat dan hotel, total 50 juta. Dan hasilnya, tentu sangat menggembirakan. Dokter senior akan bertemu ente dan kalimatnya begini: Bapak atau Ibu Tresno, dengan gembira saya perlu menyampaikan bahwa dari penelitian dan pemeriksaan yang sangat intensif dalam beberapa hari ini kami tidak menemukan cancer pada tubuh anda. Congratulation, namun mengingat umur anda sudah lebih dari 30 tahun dan lingkungan dunia yang sangat kotor ini, kami merekomendasikan anda untuk melakukannya sekali setiap tahun. Kami akan memberikan potongan sebesar 10% untuk itu. Ada beberapa pesan dari para specialist kami untuk anda. Khusus untuk Erotologist, anda diminta untuk datang hari Rabu minggu depan, karena terlihat ada gangguan minor persisnya dibahagian sekat kanan atas. Juga dari Dermatologist kami mengingatkan agar anda mengikuti treatment selama 3 bulan, 3 kali seminggu, khusus bahagian pinggang keatas dan betis kebawah. Bapak suka maen golf ya……

Rumah sakit di cater [sengaja didesign dan diperlengkapi] untuk high profile diseases dan MAHAL.

Berapa banyak malpractice yang terjadi diduniapengobatan modern?

Saya akan quote saja beberapa fakta dunia pengobatan di USA. Selama 10 tahun terakhir, sebanyak 30% dari tindakan operasi yang dilakukan di USA tidak dapat dipertanggungjawabkan [artinya dokter bedah tidak dapat memberi alasan apakah operasi ini perlu dilakukan atau tidak], atau setiap tahun ada 1,5 juta tindakan operasi yang ternyata tidak diperlukan. Kematian yang disebabkan karena kesalahan pemberian obat [secara positif] adalah 10% dan sebahagian lagi tidak mati namun menderita penyakit lain akibat salah obat [untuk lebih akuratnya, setiap tahun ada total 780.000 kematian yang disebabkan oleh kesalahan pengobatan termasuk kesalahan pemberian obat, prosedur operasi dan tindakan medis lain yang salah. [dan didalamnya ada 7000 kematian disebabkan karena tulisan dokternya kayak cakar ayam, brengsek nggak]. Ini adalah fenomena gunung es. Kita tidak surprice bahwa nantinya dapat dibuktikan bahwa persentase orang yang mendapatkan obat yang baik cuma sedikit sekali jumlahnya. Saya punya langganan newsletter dari NGO di USA yang sangat kritis mengenai medical care disana. Kalau anda membaca lebih dari 5 menit saja, anda ikut jadi sakit.

Berapa banyak prosentase dokter yang mengikuti penelitian dan membaca journal kedokteran? Saya berani memastikan kurang dari 10%. Dan ini bukan saja di Indonesia, ini diseluruh dunia. Dokter manjadi kepanjangan tangan dari pabrik obat2an. Pengetahuan mereka akhirnya sama dengan para salesman yang nongkrong dirumah rumah sakit, berjualan obat kepada dokter. Kredibilitas para dokter sangat diragukan… Tidak up to date, tidak bertanggung jawab dan sangat corrupt. Lebih detail lagi, saya ingin tau, contohnya apakah dokter2 mengenai Nutrisi? Coba saja Tanya kalau anda kebetulan lagi pergi kedokter.

Tanya, Dok, untuk penyakit saya, apakah ada pantangan makan? Jawabnya sangat standard, ada beberapa buah jawaban tetapi standard, misalkan: wah, ndak apa2, boleh makan apa saja, tetapi jangan terlalu banyak; kurangilah garam, anda punya tekanan darah tinggi sekali; jangan makan cabe dulu, tunggu sakit perutnya sembuh. Itu saja….. Dan kalau anda opname, ternyata dan ternyata, semua orang mulai yang kudisan hingga cancer an, dikasi menu yang sama. Yang berbeda paling paling kalau ada yang diabetes [Bu… ini takarannya sudah ditimbang ya, ibu diet, jadi ndak boleh terlalu banyak,… tapi tetap saja masih ada sambal daging dengan emping melinjo….]. Piye tho…

Kenyataannya bahwa pekerjaan Dokter sebahagian besar adalah menjual obat. Contoh klasiknya seperti ini [bayangkan anda lagi batuk pilek].

Dokternya akan mengatakan: Baik, batuknya agak berat ya, saya berikan Benadryl untuk obat minum cair, tetapi saya juga berikan Victrin, supaya dahaknya lebih cair sedikit. Karena Benadrylnya kemungkinan akan membuat anda nausea [sempoyongan] saya akan Bantu dengan Nauseticum 3 kali sehari. Kumur kumur ya, ini saya tuliskan Betadine Gargle dan kalau agak lengket, bilas saja dengan Peroxide, saya udah tuliskan disini. Antibiotik nya sebaiknya jangan yang generic, nggak bakal sembuh deh, sebaiknya saya berikan Amoxixilin dan perlu di buffer sedikit dengan Mylanta dan Magnicne supaya jangan mules. Harus habis ya pak. Kemungkinan sekali pilek kali ini bisa berkepanjangan, sebaiknya saya beri Avil supaya jaga2 kalau alergi dan juga perlu matanya di tetes, saya berikan Vitrine. Untuk demam nya saya beri Panadol saja, namun sebelum tidur, kalau memang demam harus minum Paracyclamone dan kalau sakit kepala sekali makan Tabylote satu jam sebelum tidur. Udah…….. segitu aja. Berapa jenis obat yang anda dapat? Ada 12 macam………… dan harganya total 627.000 rupiah… …… hanya untuk pilek. Alternatifnya apa? Banyak alternatifnya…. Kalau cara temen gua, dia pergi makan di restoran padang Garuda, makan kepala ikan [yang pake ganja dikit…], pulang pergi pijet di Bersih Sehat, pijet sambilngorok tiduran, terus sauna sebentar,pulang ngorok lagi dan besok pagi udah maen golf lagi.

Dalam versi lain, dokter yang ada ketrampilan tangan seperti dokter bedah adalah perpanjangan tangan dari rumah sakit, karena sebelum operasi, sejumlah instrument diagnosis yang mahal perlu digunakan. Ingat cerita pemeriksaan cancer terdahulu tadi. Dan mahluk yang ini hobbynya adalah memotong. Karena itulah modern medicine sekarang, yang juga disebut sebagai Allophatic medicine, disebut sebagai cara pengobatan dengan “Cut, slash and Burn”. Kalau anda ketemu dokter bedah, dia sangat teliti melihat tubuh anda dan mulai berfikir: Apa yang harus saya potong, apakah ada bahagian yang berlebih? Orang yang satu ini tidak suka memelihara organ berpenyakit. Kalau bisa dipotong, kenapa harus dipelihara? Begitu kata beliau. Anda sakit amandel saja harus perlu di MRI dan Scanning. Piye tho…

Bagaimana dengan pelayanan di Puskesmas dan Rumah sakit dikota kecil atau daerah terpencil?

Wah…. Seru banget. Pada akhir tahun 80-an dikota kecamatan saya di Sulawesi Selatan terjadi wabah muntah berak. Ada sekitar 80 orang yang masuk rumah sakit. Semua berhasil diobati, tidak ada yang meninggal. Saya memutuskan [dengan rekomendasi para dokter] untuk mengadakan vaksinasi untuk muntaber. Diperlukan sekitar 10 liter vaccine untuk 3 kecamatan, sekitar 30.000 penduduk. Setelah dicek seluruh Indonesia[termasuk Pasteur Bandung], ternyata persediaan vaccine di Negara Indonesia ini tidak sampai 2 liter. Wah, saya malu, terpaksa beli diluar negeri dan diterbangkan secara khusus. Piye tho…… Masih soal public health, penyakit demam berdarah tidak pernah tuntas, karena ini dianggap proyek yang menguntungkan. Vaccinaci missal juga demikian, dianggap proyek, karena itu selalu diacarakan dengan meriah. Koq nggak bisa menjadi rutin saja. Dan Vaccinasi untuk anak tidak pernah dirubah dan masih berresiko tinggi. Vaccin DPT, P nya beresiko tinggi untuk brain damage bagi bayi; Vaccin untuk measles atau cacar air, telah terbukti penyebab sebahagian besar penyakit Autis pada anak; vaccinasi hepatitis pada anak juga menimbulkan sejumlah penyakit pada balita, dan pada pertengahan 80-an menjadi sumber penyebaran HIV. Lha, gimana seeh…. Pemerintah melakukan pemberian obat generic utnuk Puskesmas dan orang miskin. Obat generic itu sama khasiatnya dengan yang paten. Benar, dan diatas kertas benar. Masalahnya “technical material” sudah tidak active lagi [sama artinya dengan memakan obat yang sudah kadaluarsa] Lha, koq tau? Ya tau aja mas, sebab yang menjual technical material tersebut sama saja dengan yang menjual technical material untuk sejumlah pestisida tanaman, dan masalah yang terjadi sama. Ini masalah tangung jawab yang tidak ada dan benar benar nyari untung atas kebodohan masyarakat. Bagaimaan dengan peralatan medis dikota kecil? Wah, seru banget. Kalau RS memiliki fasilitas USG, maka seluruh penyakit harus ditest dengan USG, mulai yang turun Bero’ sampai yang kudisan. Kalau yang ada X-Ray, maka orang darah tinggi juga perlu di X-Ray. Seru deh…..

Setelah saya melakukan “fitnah” kepada dunia pengobatan modern diatas, bagaimana dengan penerimaan masyarakat terhadap mereka? Secara umum seluruh masyarakat (dunia) masih menganggap bahwa cara pengobatan modern ini adalah yang terbaik dan untuk itu masyarakat mengikuti dan melaksanakan semua anjuran pengobatan dari para dokter, terlepas apakah hal itu benar atau salah. Hal ini ada nilai positifnya, dimana secara psychologis pada penderita akan lebih mudah disembuhkan. Banyak orang [biasanya yang tua dan dokternya adalah dokter langganan] yang merasa penyakitnya sudah sembuh 50% hanya dengan melihat muka dokternya. Posisi dokter dimasyarakat masih cukup terpandang, karena umumnya menjadi pegawai negeri, ada usaha praktek sebagai hasil sampingan. Posisi seperti ini dianggap mapan dan masyarakat mendambakannya. Karena dokter juga berhubungan langsung dengan penyelamatan nyawa orang, posisi ini lebih tinggi lagi disbanding pegawai negeri lainnya. Dalam hal nyawa tadi, ia sama terpandangnya dengan pada Pendeta atau Mubalig atau Kiyai. Karena itu mereka selalu disapa “pak atau Bu Dokter”, sama dengan “Pak atau Ibu Pendeta”. Kalau yang SH, Drs, SE, Ir, MM dsb ndak bakal dipanggil pak MM……Jadi ini adalah masalah persepsi yang bengkok, ini kultur colonial saja yang ditunjang oleh kebodohan masyarakat. Coba perhatikan deh kalau anda lagi bawa saudara ke dokter [atau barangkali ente juga geto…], dokternya Tanya sakit apa? Terus pasien bilang: perut saya sakit dok….. Dokter bilang: Hooh, terus….Pasien Bilang: Sakit sekali pak Dokter…. Dokter bilang: Hooh, terus….. Pasien Bilang : Benar benar sakit pak Dokter…. Dokter bilang: Hooh, ini resepnya….3 hari datang lagi control ya….. . Ini cerita benar dan klasik. Si sontoloyo pasien berlaku seperti menghadap Hakim, atau Gibrail… dan si Dokter juga memang bertindak seperti Gibrail {he plays God]. Dokter sontoloyo ini nggak perlu tau apakah sakit perutnya karena kurang makan, kebanyakan makan, ada cacing pita, ada naga diperutnya, baru ketabrak angkot, mau beranak, usus sembelit, usus buntu, cancer, muntaberak…. Dsb….dsb. Yang ada diotaknya adalah: Loe ktemu gue lagi 3 hari lagi….. control…. Dan tigahari lagi pasien yang sama datang lagi, percakapan masih sama, keluhan masih sama, bedanya ini kali dokter suruh angkat baju, stetescope ditaruh diperut [ujung satunya lagi nggak masuk di kuping] dan bilang: OK, saya tambahin obatnya ya, 3 hari datang lagi control….. 3 Hari lagi si sontoloyo pasien tidak datang lagi, 2 hari setelah ketemu dokter terakhir dia udah sembuh, karena hasil ujian UN udah keluar dan dia lulus. Karena itu dia mules ya?Dengan hubungan pasien dan dokter yang sangat “mesra” seperti ini maka kondisi dunia pengobatan akan susah berubah. Dokter tidak pernah bertanggung jawab dengan baik dan memberikan pelayanan yang baik dan pasien sendiri pada posisi “ bodoh-pasrah” dan hanya bisa menyalahkan penyakit yang diidapnya dan menganggap ini adalah “suratan-badan”, “karma”, “cobaan”, “kutukan”, dst, dst.

Hey, bung, sontoloyo, mata anda sudah buta dan perlu dicelikkan lagi. Seluruh penyakit yang terjadi dan semua symptom yang anda keluhkan [apakah kudisan, stroke dan lainnya] adalah hasil dari toxin yang timbul didalam badan anda. Lho, darimana toxin tersebut? Mayoritas adalah akibat ketidakseimbangan nutrisi yang terjadi dibadan anda, dan kemudian memang dari toxin yang anda makan. Sisanya adalah akibat reaksi metabolisme psychology apakah anda stress atau gembira. Sesederhana itu? Ya sesederhana itu, tetapi menjadi tidak sederhana karena anda nggak mau sederhana. Ente sukanya makan daging berlemak, jeroan, susu [termasuk kuda liar], mentega, gula, Mc Dee, Burger King, tahu, buahnya juga durian, alpukat, nangka, makan nasi sebakul, makan MSG nggak kira kira [banyakin vetsin nya lho mang…], minum coca cola [gaya amerik..], ikutan alcohol, juga ngerokok [djisamsu dong..].dan jangan lupa desertnya dong, double chocolate cake, tiramisu, double ice cream, cream brule. Untuk yang merasa “berpendidikan” tentunya gaya makan seperti ini diimbangi dengan mengkonsumsi “equal” sebagai pengganti gula, pill lipitor sekali sehari, terutama kalau baru makan enak, minum orange juice buatan delmonte , high calorie super buster supplement, multi vitamin [synthetic] Semuanya masih ditambah lagi dengan segala macam process food [makanan olahan] yang dijual di pinggirjalan sampai Sogo supermarket yang seluruhnya dicampur dengan bahan pengawet, pewarna, perasa, pegel deh gua… Masih lagi dibebani dengan air minum PAM yang isinya chlorine dan udara kota yang isinya mercuri dan sisa narkoba. Ini sih bukan sekedar kebodohan, tetapi sudah dalam tahap “bunuh diri” secara tolol dan bahagia….

Kalau ente disuruh makan sayur dan buah2an, matanya mendelik [loe apa sudah miskin, atau kurang kerjaan… begitulah ekspressinya]. Jawabannya pasti klise: gua nggak suka sayur, sorry deh; gua menurut Dokter XYZ, darah gua O, malah harus makan banyak daging kuda [nah loe]; gua kata Babe gua adalah golongan carnivore ngikutin engkong gua [pantes engkong loe cepat mampus..]; gua kalau makan sayur perut gua gembung2 lho; gua sudah makan bubuk vegeta dan frutata, pengganti sayur dan buah[maunya instant, penyakit orang pintar2 goblok..] Gimana sih sayur diganti bubuk? Instant mas…. Instant.

Kembali lagi harus diulang, semua penyakit berasal dari toxin yang masuk kedalam badan anda. Dan yang masuk kebadan anda itu sebahagian besar adalah makanan dan minuman. Kalau anda ternyata sakit, itu karena makannya nggak benar. Eling Mas…eling…. Dan kalau sudah sakit juga masih harus eling. Yang perlu anda obatin itu bukan symptomnya, bukan pilek yang ngocor atau tangan lumpuh dilurusin. Bukan Boss…., cari akar masalahnya dan atur kembali hidup anda dengan baik, coba makan yang benar. Terus sakitnya gimana dong? Yah, sakitnya nanti juga baek sendiri….. Atau kalau memang perlu dikasi obat, boleh deh, tapi akarnya yang paling perlu, kalau nggak ya percuma, nanti akan muncul lagi. Emangnya kerjaan ente begono begono aja? Dan dikit2 jangan pergi kedokter dah, nanti cerita kita diatas terulang kembali. Anda tidak memerlukan dokter [begitu kata sebahagian orang dari alternative medicine]. Kalau anda bisa menjaga diri tetap sehat, emangnya buat apa ke dokter? Dan kalau anda dapat “mengobati’ penyakit anda sendiri, kenapa anda butuh dokter? Lha kalau parah gimana dong? Lho, emangnya anda percaya dokter modern ini bisa ngobati penyakit parah? Atau anda juga tidak percaya bahwa ada cara pengobatan [alternative lain] untuk menyembuhkan anda? Waah, ente harus terus baca…. He…he..

Cape deh ngomongin bero’ nya orang. Sekarang bagaimana dengan alternative-medicine? Walha, ya tergantung yang mana yang mau diomongin, spectrumnya begitu lebar. Ada yang sangat sontoloyo dan ada yang baik dan juga ada yang potensial. Standarnya macem macem dan karena ini juga menjadi bahan cemohan oleh modern medicine practitioner. Pada dasarnya ada tiga golongan, yaitu pertama adalah yang benar benar mengelola fisik badan [contoh acupuncture, herbal medicine, Gerson Therapy, massage, water Therapy, dsb], ada yang mengelola psychic [dukun, saman, Reiki, Yoga, dsb] dan ada juga yang mengelola keduanya dan menyebut dengan istilah Homeopathy atau Hollistic Medicine.

Kita sambung obrolannya lain kali deh…….. Perut saya jadi mules….

omri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline