Saat kita dilahirkan oleh ibu maka mulailah berhubungan dengan kehidupan dunia ini. Proses dimulai dari bayi dengan ketidakberdayaan hanya bisa menangis karena tidak bisa berbicara. Lalu menuju fase balita dengan segudang keingintahuan dengan apa yang dilihatnya. Memasuki fase masa anak anak sejak SD sampai remaja masa SMA dan akhirnya kuliah mulai terlihat kemampuan untuk mandiri atau belum mandiri.
Saat remaja mulai mengenal lawan jenis ingin rasanya dicintai dan mencintai mulai persoalan pribadi muncul apakah berhasil langgeng atau gagal karena belum berhasil mengartnginya. Saat menikah karena menemukan pasangan hidup yang pas dan akhirnya mengarungi baterai rumah tangga dan akhirnya mempunyai anak dan terakhir menikahkah anak dan memperoleh cucu. Tentunya persoalan tidak akan selesai dan itulah kehidupan dunia fana dan penuh fatamorgana ini.
Kalau kita renungkan kehidupan dunia ini hanya merupakan tempat sementara seperti halte bus kota untuk memperbanyak bakal di kehidupan akhirat kelak. Janganlah kita terperosok dengan godaan dunia yang penuh godaan mulai dari harta kekayaan, pekerjaan., jabatan, jodoh, sahabat, dan lain kain. Tinggal bagaimana kita memahami ya dengan bijaksana dan berusaha untuk perbuatan terbaik agar tidak terperisok dalam lembah kenistaan dunia fana ini. Masih adakah secercah sinar kebenaran dalam kehidupan dunia fana ini, semoga kita dapat melewati ya dengan aman dan damai. Kehidupan dunia fana penuh dengan fatamorgana ini harus hadapi dan menjadikannya sebagai ladang amal dan kebaikan kita di kehidupan akhirat kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H