Tulisan ini merupakan review atas sebuah kebijakan yang diterapkan di Belanda. Kebijakan yang diberlakukan dalam menghadapi masalah terkait pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan sendiri merupakan isu yang demikian hangatnya dibicarakan di ranah Internasional, Nasional, maupun Regional di seluruh dunia. Atas kebutuhan ini maka para pemimpin dunia ataupun merekaa yang memiliki kepentingan terkait masalah ini mencoba menerapkan berbagai strategi termasuk strategi komunikasi.
Negara Belanda sendiri mempertimbangkan Environmental Education (EE)atau pendidikan lingkungan, dan Learning For Sustainable Development (LSD)atau pembelajaran mengenai pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan kebijakan komunikasi untuk memperkenalkan pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian atau studi dari Netherland Environmental Assesment Agency (MNP)cara dalam memperkenalkan konsep pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat adalah dengan praktik.
Ada tiga model atau tipe dalam menerapkan pendidikan tentang pembangunan berkelanjutan. Pertama¸Predominantly Instrumntal(lebih mengarah kepada instrumen). Kedua, Predominantly Emancipatory(lebih mengarah kepada pembebasan). Ketiga,gabungan dari dua pendekatan sebelumnya. Mari kita bahas satu per satu.
Pendekatan Instrumental
Pendekatan ini berpendapat bahwa tingkah laku yang diinginkan kepada khalayak atau masyarakat, dipercaya ataupun dapat dipengaruhi karena rancangan yang baik dari sebuah pendekatan (Instrumen). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa proses perancangan, perumusan tujuan yang baik, penetapan target yang pasti dari sebuah pendidikan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan sangat menenutkan keberhasilannya. Perubahan perilaku dari masyarakat adalah goalpenting dalam melakukan sebuah kampanye tentang lingkungan. Namum yang merancang kampanye adalah pemerintah atau pihak yang berkepentingan. Masyarakat hanyalah objek yang ditargetkan akan berubah sikapnya karena sebuah kampanye yang telah dilakukan.
Pendekatan Emansipatoris
Pendekatan kedua ini pada intinya menekankan keterlibatan dari masyarakat (orang yang menjadi target) sebuah kampanye pendidikan tentang lingkungan atau pembangunan berkelanjutan. Pendekatan emansipatoris mencoba untuk mengikutsertakan masyarakat (citizens) dalam proses komunikasi ataupun dialog bersama dan kerja bersama juga untuk sebuah pembangunan berkelanjutan. Masyarakat dan pihak yang berkepentingan (pemerintah misalnya) adalah pihak yang bertanggung jawab baik perancangan program sampai pelaksanaan sebuah kampanye tentang lingkungan.
Gabungan Pendekatan Instrumental dan Emansipatoris
Dalam pendekatan ketiga ini dikenal istilah agen dan struktur. Artinya masyarakat sebagai aktor dalam pendidikan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (Agen) akan bekerja atau dipengaruhi tingkah lakunya karena sebuah sistem yang dibentuk (struktur). Ini meminjam pemikiran Giddens tentang teori strukturasi. Untuk mengubah perilaku maka perlu dirancang sebuah sistem. Namum pada akhirnya perilaku yang terbentuk karena sistem yang ada menjadi sebuah kebiasaan atau pola hidup yang dianggap natural. Dengan demikian pendekatan ini paling tidak memliki cara kerja baik secara instrumental maupun emansipatoris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H