Lihat ke Halaman Asli

Patmi dalam Liputan6.com

Diperbarui: 6 April 2017   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

           Pernah dengar nama Patmi? Bagi masyarakat kebanyakan yang mengikuti arus informasi di media massa akhir-akhir ini tentu bukan nama yang asing. Namun bagi yang tidak mungkin Patmi dianggap barang atau benda asing. Sesuatu yang baru saja kedengaran. Patmi memang bukan nama seorang pejabat atau tokoh revolusi yang muncul di era ini. Ia hanyalah sosok masyarakat kelas bawah yang merepresentasikan persoalan serius yang sedang dialami bangsa ini. Bangsa Indonesia.

            Judul singkat di atas adalah sebuah perwakilan dari masalah yang sekali lagi bukan masalah ringan karena menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat banyak. Secara khusus masyarakat kelas bawah yang menyandarkan nasib pada sektor pertanian semi modern. Pertanian yang masih berada di dalam tahap transisi menuju pertanian modern yang tentunya ditandai dengan penggunaan sumber daya yang besar dan luas. Judul sederhana di atas setidaknya memberikan bocoran akan persoalan kompleks yang akan dikupas yaitu lingkungan. Ada korelasi yang cukup dekat antara sosok seorang Patmi dengan persoalan lingkungan yang pada giliran lainnya menyentuh persoalan media. Artinya ada jalur yang akan ditempuh dari masalah tentang lingkungan (diwakili oleh Patmi dengan keseluruhan masalah di baliknya) sampai kepada media massa (diwakili oleh Liputan6.Com)

            Bagi yang intens mengikuti berbagai informasi terkini tentu tahu bahwa pada pertengahan bulan Maret 2017 di daerah Kendeng, Rembang, Jawa Tengah terjadi unjuk rasa atau aktivitas penolakan terhadap keberadaan pabrik semen dengan pihak PT. Semen Indonesia sebagi pihak pengelola pabriknya. Unjuk rasa atau aksi protes ini tidak datang dari para investor swasta yang mungkin merasa tersaingi dengan keberadaan pabrik milik negara yang berada di bawah kendali BUMN. Aksi unjuk rasa ini ternyata datang dari masyarakat kelas bawah yang adalah petani dan para aktivis ataupun organisasi-organisasi pro lingkungan. Pihak-pihak yang melabeli dirinya sebagai pecinta dan pemerhati masalah-masalah seputar lingkungan hidup.

             Aktivitas kontra pabrik semen ini pun dilakukan di depan Istana Negara dengan cara mencor kaki para petani dengan menggunakan semen. Tentu goaldari aksi nekat binektrim ini adalah untuk mengundang sikap orang nomor satu di republik ini yaitu presiden ataupun pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan keberadaan pabrik semen di daerah mereka. Siapa sangka tindakan penolakan ini akhirnya memakan korban. Diberitakan bahwa Patmi seorang petani yang dicor kakinya dalam aksi protes tersebut meninggl dunia beberapa saat  setelah coran semen di kakinya dilepas. Perempuan berumur 48 tahun ini dikabarkan sempat muntah-muntah setelah keluar dari kamar mandi dan akhirnya meninggal (http://news.liputan6.com/read/2894359/detik-detik-meninggalnya-patmi-peserta-aksi-semen-kaki, diakses pada tanggal 4 April 2017).

            Lantas apa yang menjadi kekuatan para petani tersebut termasuk Patmi yang akhirnya meninggal untuk memberanikan diri melakukan aksi protes yang boleh dibilang ektrim. Jawabannya sangat sederhana. Pabrik semen menyengsarahkan hidup mereka pada waktu yang akan datang. Namun apakah hanya sebatas itu? Tidak. Ada alasan lain yang pada dasarnya lebih kompleks yaitu pabrik semen tidak pro lingkungan. Kehadiran parik semen membawa dampak yang disadvantagesterhadap keberlangsungan sebuh lingkungan. Mengapa? Karena aktivitas pabrik semen berpotensi mengurangi debit air atau bahkan menghilangkan sumber air, pertanian penduduk berantakan, dan alam akan rusak (http://news.liputan6.com/read/2896749/perlawanan-satu-dekade-petani-kendeng, diakses pada tanggal 4 April 2017). Demikianlah alasan yang mereka klaim sebagai kebenaran. Alasan yang mereka pakai sebagai perlindungan dalam aksi protes mereka.

            Untuk melihat adanya potensi kerusakan lingkungan akibat adanya pabrik semen maka penting untuk memahami apa konsep dari lingkungan. Dalam hal ini lingkungan hidup. Lingkungan menurut S. J. McNaughton dan Larry L. Wolf  adalah “semua faktor ekternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi manusia” (http://eprints.walisongo.ac.id/1683/3/093811033_Bab2.pdf). Ini adalah salah satu batasan tentang lingkungan yang boleh digunakan untuk menjelaskan masalah pabrik semen. Dari batasan ini kita bisa membaca dengan jelas bahwa pembicaraan mengenai lingkungan hidup adalah pembicaraan yang tidak terlepas dari faktor biologis (mahkluk hidup) maupun benda-benda mati yang mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia dan juga mahkluk hidup lainnya. Artinya bahwa lingkungan adalah pen-supportbagi manusia untuk mempertahankan hidupnya dalam kegiatan produksi, konsumsi, distribusi maupun reproduksi. Sebuah pertaanyan sederhna. Apakah air adalah salah satu komponen di dalam lingkungan hidup? Jawabannya tentu iya.Mengapa? Karena air memiliki pengaruh langsung terhadap keberlangsungan hidup manusia. Dengan demikian adalah sesuatu yang wajar bagi para petani dari daerah Kendeng yang mengklaim bahwa pembangunan dan juga pengoperasian pabrik semen di daerah tempat tinggal mereka tidak pro terhadap keseimbangan lingkungan. Hemat kata merusak lingkungan sebab akan merusak atau menghilangkan sumber air yang nantinya digunakan untuk mengairi sawah ataupun kebutuhan hidup lainnya. Bagaimana jadinya jika air yang sangat krusial dalam hidup manusia ketersediaannya tidak mencukupi.

             Lalu bagaimana hubungan antara masalah pabrik semen yang boleh kita pahami sebagai masalah lingkungan hidup dengan eksistensi sebuah media massa. Dalam kasus ini media massa onlineLiputan6.com. Secara sederhana dapat digambarkan bahwa hubungan media massa (Liputan6.com) dengan persoalan pabrik semen yang menuai protes adalah hubungan mediasi. Artinya media memfasilitasi proses penyebaran informasi kepada publik Indonesia maupun global tentang adanya tindakan unjuk rasa atau protes terhadap pemerintah Indonesia baik presiden maupun kementrian terkait masalah lingkungan dan perindustrian karena melegalkan keberadaan sebuah pabrik semen milik negara (PT. Semen Indonesia) di wilayah mereka. Aksi protes sebagai bentuk ketidaksetujuan ini didasarkan pada alasan bahwa pabrik semen merusak lingkungan hidup. Publik kemudian  mengetahui, bersikap dan juga bertindak karena adanya sebuah produk media yakni berita yang memuat masalah ini. Namun tidak berhenti di situ. Untuk pemahaman yang mendalam perlu juga kita melihat dunia media. Salah satunya konsep atau teori-teori yang menjiwai kehidupan media dengan maksud melihat bagaimana media meperlakukan sebuah masalah termasuk masalah pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah.

            Di dalam dunia komunikasi khususnya komunikasi massa dikenal sebuah teori yaitu teori agenda setting. Teori ini memberikan gambaran bahwa media massa akan membentuk atau mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan publik yang kemudian mempengaruhi opini mereka. Artinya bahwa media massa memiliki peran besar dalam mem-from cara pandang khalayak atau audience terhadap produknya. Salah satunya adalah berita (https://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/komunikasi-massa-a5.PDF).  Adapun asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa media membentuk persepsi (cara pandang khalayak) terhadap sesuatu yang dianggap penting. Di dalam berbagai sajian media massa (berita misalnya) topik-topik pemberitaan yang paling sering diperhatikan oleh media massa akan menjadi topik yang lebih akrab bagi pembaca ataupun pendengarnya. Jika media menyajikan berita bencana alam di suatu daerah dalam jenjang waktu yang cukup lama maka isu atau topik itulah  yang berkembang dan hangat dibicarakan oleh publik atau masayarakat yang memiliki akses terhadap pemberitaan media massa. Secara sedehana pejelasannya bisa dilihat pada ilustrasi di bawah ini.

Agenda Setting (media)      ...........................>>     Agenda Khalayak

                                                          Menjadi 

            Hal semacm ini pun berlaku di dalam kasus pabrik semen PT Semen Indonesia yang menuai kontroversi dari masyarakat setempat kemudian masyarakat kebanyakan yang juga pro terhadap lingungan hidup dengan prinsip yang sama yaitu pabrik semen merusak lingkungan. Ketika media (Liputan6.com) mengekspose kasus ini ke dalam sajiannya berupa berita maka bukan sebuah kemungkinan lagi kalau saja publik yang mengakses media ini akan digiring opini atau pengetahuannnya untuk bersikap pro ataupun kontra terhadap masalah pabrik semen. Pihak yang pro lingkungan hidup akan meyakini bawa pabrik semen akan mendatangkan masalah baru. Apapun alasannya. Sedangkan pihak yang kontra akan melihat sisi lain yang akan mendapat keuntungan di balik berdirinya sebuah parbik semen milik negara tersebut. Pabrik semen tidak banyak merugikan lingkungan dengan beregam alasan yang mereka kemukakan. Namun tidak sebatas itu. Perlu juga dipahami atau dibaca dengan kaca mata lain bagaimana media massa (Liputan6.com) memformat beritanya. Apakah lebih condong ke kubu pro atau sebaliknya kubu kontra. Apakah maksud dari media ini adalah agar audiencenya sepakat bahwa pabrik semen bukan masalah atau sebaliknya pabrik semen adalah masalah sehingga mereka-mereka yang telah melakukan aksi protes perlu mendapat dukungan dari publik Indonesia. Semua dipengaruhi dan diarahkan oleh kerja media.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline